Menteri PPPA Ingin Angka Kekerasan dan Diskriminasi Perempuan Bisa Terselesaikan Lewat Kongres Perempuan Pertama di Jateng

I Gusti Ayu Bintang (dua dari kanan)
Menteri PPPA I Gusti Ayu Bintang (dua dari kanan) didampingi Siti Atiqoh (dua dari kiri) usai membuka kongres perempuan pertama di Jateng, Senin (25/11).

Semarang, Idola 92.6 FM – Kekerasan dan diskriminasi terhadap perempuan, masih menjadi permasalahan yang terjadi di setiap daerah di Indonesia. Sehingga, tidak hanya pemerintah tapi juga elemen masyarakat lainnya harus bahu membahu menyelesaikan persoalan kekerasan dan diskriminasi terhadap kaum perempuan.

Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) I Gusti Ayu Bintang Darmawati mengatakan diperlukan adanya penyatuan visi dan misi, dalam mengatasi persoalan kekerasan dan diskriminasi terhadap perempuan. Pernyataan itu dikatakannya usai membuka kongres perempuan pertama di Jateng, Senin (26/11).

Gusti Ayu Bintang menjelaskan, hasil kongres perempuan pertama di Jateng bisa menjadi acuan dalam pemberdayaan perempuan di Indonesia. Karena, dari kongres perempuan juga menjadi langkah serius dalam mengatasi persoalan di setiap daerah tentang kekerasan dan diskriminasi terhadap perempuan.

“Tapi kalau kita melihat perkembangan perempuan, kalau kita mengacu pada indeks pembangunan perempuan dan indeks pemberdayaan perempuan itu sudah mengalami peningkatan. Tapi implementasi di lapangan, salah satu contoh yang dilaksanakan kongres perempuan Jawa Tengah yang pertama ini saya memberi apresiasi sangat tinggi. Mudah-mudahan, rumusan yang dihasilkan dari kongres perempuan pertama ini tidak hanya untuk pemberdayaan perempuan di Jawa Tengah tapi jadi acuan untuk Indonesia,” kata Gusti Ayu Bintang.

Gubernur Ganjar Pranowo menambahkan, kongres perempuan juga diharapkan bisa memecahkan persoalan yang terjadi. Terutama, dalam memprediksi persoalan-persoalan perempuan di masa mendatang.

Menurutnya, dalam mengatasi persoalan kekerasan dan diskriminasi terhadap perempuan tidak bisa menggunakan cara lama.

“Maka, kongres perempuan pertama Jawa Tengah ini sengaja kita ciptakan untuk menyelesaikan persoalan itu. Maka, yang kekerasan-kekerasan ini pendekatan apa yang bisa kita pakai. Pendekatan agama? Pendekatan kultural? Pendekatan sosial? Atau barang kali kita juga bisa membuat satu forum bersama, untuk mereka bisa sharing bagaimana kita mencegah,” ujar Ganjar.

Jateng, lanjut Ganjar, sudah banyak aksi nyata terhadap penanganan kekerasan dan diskriminasi perempuan. Yakni dengan menjalin kerja sama dengan Polda Jateng dan Kejati Jateng, terkait penanganan kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). (Bud)