MRT dan Kesiapan Mentalitas Kita?

Semarang, Idola 92.6 FM – Mass Rapid Transit atau Moda raya terpadu (MRT) Jakarta baru-baru ini telah diresmikan Presiden Joko Widodo. MRT fase 1 menghubungkan Lebak Bulus-Bundaran HI sudah diresmikan. Selama sepekan, moda transportasi ini digratiskan. Masyarakat bisa menikmati transportasi canggih dan modern ini usai diresmikan Presiden Joko Widodo.

Patut diketahui, moda transportasi ini sebenarnya punya kisah panjang. Lantaran, proyek tersebut sudah digagas sejak puluhan tahun yang lalu. Proyek infrastruktur ini sebenarnya sudah digagas sejak Orde Baru yakni tahun 1985. Terlepas dari peresmian MRT, muncul pula beberapa fenomena yang mengiringinya yang viral. Mulai dari aksi penumpang “piknik” di MRT Jakarta. Selain terlihat tidak tertib ketika antre memasuki kereta dan bahkan bergelantungan di dalam gerbongnya. Ada pula serombongan masyarakat yang terlihat menggelar “piknik” dadakan di stasiun dengan makan sambil duduk lesehan. MRT Jakarta ini seolah menjadi simbol majunya sebuah peradaban.

Lantas, dari perspektif budaya, apa makna keberadaan MRT ini bagi sebuah kota atau bahkan negara di era saat ini? Terlepas dari peresmian MRT, muncul pula beberapa fenomena yang menjadi viral di medsos. Mulai dari aksi penumpang “piknik” di MRT Jakarta. Selain itu, warga yang tidak tertib ketika antre memasuki kereta, dan bahkan bergelantungan di dalam gerbongnya.

Nah, apa yang terjadi dengan fenomena itu? Benarkah ini menandai, belum siapnya mentalitas kita di tengah kemajuan teknologi dan peradaban manusia? Melihat fenomena ini bagaimana memberikan edukasi kepada publik terkait etiket, budaya disiplin, dan attitude-nya? Guna menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, Radio Idola Semarang mewawancara Pengamat perkotaan Universitas Trisakti Yayat Supriatna. (Heri CS)

Berikut wawancaranya: