Pemprov Jateng Serius Beri Perhatian Kepada Anak ODHA di Solo

Gubernur Ganjar Pranowo bersama seorang anak yang ada di rumah Yayasan Lentera Surakarta.

Semarang, Idola 92.6 FM – Yayasan Lentera Surakarta dikenal menjadi rumah bagi 14 anak usia empat bulan hingga belasan tahun, yang divonis positif mengidap HIV/AIDS. Selain itu, juga ada 20an remaja lainnya yang mengidap HIV/AIDS dan kebanyakan adalah yatim piatu.

Gubernur Ganjar Pranowo mengatakan Yayasan Lenteran yang ada di sekitar Taman Makam Pahlawan Surakarta itu, memiliki 10 orang pengasuh dan mendedikasikan hidupnya bagi anak-anak pengidap HIV/AIDS.

Menurutnya, pada peringatan Hari Anak Nasional pemprov tidak mengecualikan anak-anak ODHA Solo dan tetap memberi perhatian serius.

Ganjar menjelaskan, perhatian dari pemprov adalah pemberian pengobatan secara gratis yang difasilitasi RS Moewardi.

Saat gubernur mengunjungi penghuni rumah Yayasan Lentera, sejumlah anak mengajukan permintaan kepada orang nomor satu di Jateng itu. Yakni, peralatan musik yang bisa digunakan untuk berkreasi serta beberapa permaian untuk anak-anak.

“Beberapa hari ini orang bercerita tentang anak-anak yang mengidap ODHA, teman-teman di sini mengelola dengan sangat luar biasa. Kalau dari sisi medis, kami senang karena setidaknya pemprov berpartisipasi dalam pengobatan. Pemberian obat dari RS Moewardi dan free. Anak-anak dijamin soal itu. Mereka meminta adanya dukungan alat bermain bagi anak-anak senang. Mereka minta alat musik, dan mudah-mudahan besok sudah bisa beli,” kata Ganjar di Solo, kemarin.

Lebih lanjut Ganjar menjelaskan, anak-anak yang ada di rumah Yayasan Lentera memiliki hak yang sama untuk melanjutkan hidup. Anak-anak itu juga perlu disiapkan untuk menyongsong masa depannya, karena soal umur manusia menjadi kehendak Tuhan.

“Mereka itu tidak takut sama orang, dan sudah biasa dengan mahasiswa asing yang sekarang jadi volunteer. Mereka juga bisa bergaul dengan orang asing,” tandasnya. (Bud)

Artikel sebelumnyaCegah Kebakaran, Pertamina Himbau Masyarakat Tak Beli BBM Dengan Jeriken
Artikel selanjutnyaMenyikapi Wacana Rektor Asing Pimpin Perguruan Tinggi, Ada Yang Pro dan Kontra