Pengelola Desa Lukis Payung Borobudur Butuh Pendampingan Pemda Untuk Asah Keterampilan

Sejumlah pengunjung Desa Lukis Payung di Desa Ngaran II, tampak serius melukis payung.

Semarang, Idola 92.6 FM – Desa Lukis Payung yang ada di Dusun Ngaran II, Desa Borobudur mulai dilirik sejumlah wisatawan domestik maupun mancanegara. Terutama, bagi para tamu yang kebetulan menginap di sejumlah homestay tak jauh dari kompleks Candi Borobudur.

Koordinator Desa Lukis Payung, Adi Pramuningtyas mengatakan jika munculnya Desa Lukis Payung berawal dari adanya Festival Payung Borobudur pada 2018. Namun, pada saat itu dirinya dan teman-teman desanya hanya sebatas sebagai relawan.

Adi menjelaskan, setelah acara Festival Payung Borobudur, muncul ide untuk mengembangkan sebagai destinasi wisata baru di sekitar Candi Borobudur. Karena, payung tradisional pasti banyak peminatnya dari wisatawan mancanegara.

Namun, lanjut Adi, untuk bisa mewujudkannya tidak semudah yang dibayangkan. Kendala yang dihadapi bersama teman-temannya adalah dalam hal pembuatan payung tradisionalnya. Sebab, selama ini untuk mendapatkan payung tradisional harus membeli ke Kabupaten Klaten.

Oleh karenanya, pendampingan dan bantuan dari pemerintah daerah setempat sangat dibutuhkan untuk terus mengembangkan dan mengangkat Dusun Ngaran II sebagai destinasi Desa Lukis Payung.

“Sebenarnya kalau soal bahan, di sini semua ada. Cuma, teman-teman itu ada kendala di mesin bubut. Jadi, kalau pas membubutnya untuk pembuatan gagang tidak bisa. Terus terang, kita kendala di situ. Kami juga belum meminta ke pemerintah daerah, buat ngajari membubut. Harapan saya itu, kita para pemuda di Dusun Ngaran II ini punya harapan membangkitkan seni payung lukis. Jadi, harapnnya pemda bisa membantu untuk memberikan fasilitas tempat dan bantuan alat-alat buat payung lukis,” kata Adi saat ditemui belum lama ini.

Lebih lanjut Adi menjelaskan, selama ini tamu yang datang ke Desa Lukis Payung di Dusun Ngaran II masih didominasi rombongan anak sekolah dan beberapa kelompok dari perusahaan. Sedangkan tamu yang menginap dan mengambil paket lukis payung tradisional, tidak terlalu banyak.

“Biasanya ramai pas liburan sekolah dan libur Lebaran. Sehari itu bisa mencapai 50-100 pengunjung yang datang,” jelasnya.

Adi menyebutkan, paket lukis payung tradisional dibanderol dengan harga Rp60 ribu untuk diameter 50 sentimeter. Sedangkan untuk diameter 80 sentimeter, dihargai Rp80 ribu. (Bud)