Aspek Kesehatan dan Ekonomi Kini dalam Satu Kendali di Tengah Pandemi , Bagaimana Menyinergikan agar Benar-benar Optimal?

Semarang, Idola 92.6 FM-Menghadapi Pandemi Covid-19 sekarang ini, sebagai bangsa kita seperti dihadapkan pada dilema yang sama-sama pahit konsekuensinya.  Di satu pihak kita tidak boleh bisa mengesampingkan surveillance untuk memutus penularan virus corona. Di klain pihak, kita tak bisa serta merta membiarkan ekonomi yang terus melambat yang berakibat terjadinya gekombang PHK dan  meningkatnya jumlah kemiskinan.

Meksipun begitu, kita bisa memahami pihak-pihak yang berpandangan bahwa mestinyaaspek kesehatan lah yang lebih diutamakan. Toh, ekonomi bisa diurus belakangan? Akan tetapi, kita pun bisa berempati pada pihak yang berpandangan sebaliknya; bahwa ekonomi mesti lebih diurus secara teliti. Karena, dalam situasi sekarang kita seperti tidak punya banyak opsi. Kita seperti sedang berada di bawah ancaman “tyranny of the OR”. Pilih ”harta” atau “nyawa”.

Tentu saja ini hanya gambaran esktremnya. Tetapi, yang ingin kami katakan adalah, baik pendekatan kesehatan maupun ekonomi, sama-sama mempunyai landasan pijak yang logis. Tak ada yang ngawur. Sebab, manakala mengabaikan aspek ekonomi, maka ada ancaman negara bisa terpuruk dalam jurang resesi yang dalam. Di sisi lain, peringatan para juru wabah juga penting dan tak bisa diabaikan–bahwa aspek kesehatan juga tak kalah penting. Bukankah, menyelamatkan nyawa manusia di atas segalanya?

Dalam kata lain, kedua pandangan ini tak bisa dipertentangkan. Keduanya sama-sama punya pijakan, keduanya seiring-sejalan. Tak bisa disalahkan dan tak perlu saling menyalahkan. Sebab, melindungi tumpah darah Indonesia seperti dalam amanah Pembukaan UUD 1945, tidak hanya melindungi dari ancaman virus namun juga ancaman kelaparan.

Oleh karena itu, kita memahami manakala pemerintah membentuk Komite khusus yang tugasnya menangani problem Covid-19 dan memulihkan ekonomi nasional. Penanganan kesehatan dan ekonomi akan berjalan beriringan dalam satu kendali.

Lantas, dalam situasi semacam ini, hal apa yang bisa diupayakan dari sisi kesehatan dalam upaya memutus rantai Covid-19 agar segera bisa diakhiri? Pada bidang ekonomi, terobosan apa yang harus mulai dicicil— karena ibarat, kita sudah terengah-engah dan perlu pasokan oksigen baru? Bagaimana pula jalan keluar dari dua pilihan yang sama-sama menakutkan: Kita mati karena ancaman penyakit atau mati karena kelaparan?

Guna menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, radio Idola Semarang berdiskusi dengan A. Prasetyantoko (Ekonom/ Rektor Unika Atma Jaya Jakarta) dan Budi Haryanto (Epidemiolog/ Guru Besar Kesehatan Lingkungan Universitas Indonesia). (her)

 https://anchor.fm/radio-idola/episodes/wawancara-bersama–Budi-Haryanto-Epidemiolog-Guru-Besar-Kesehatan-Lingkungan-Universitas-Indonesia-eh2p8p

https://anchor.fm/radio-idola/episodes/wawancara-bersama-A–Prasetyantoko–Ekonom-Rektor-Unika-Atma-Jaya-Jakarta-eh2p6j

Artikel sebelumnyaTransaksi Uang Elektronik di Jateng Turun 25,5 Persen Pada Mei 2020
Artikel selanjutnyaMenelaah Pembubaran Gugus Tugas Covid-19 
Jurnalis senior dan koordinator liputan Radio Idola Semarang.