Bagaimana Menjaga Konsumsi Belanja Masyarakat agar Tidak Melemah?

Shopping

Semarang, Idola 92.6 FM – Baru-baru ini, Badan Pusat Statistik (BPS) melansir data tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2019. Pertumbuhan ekonomi hanya tumbuh 5,02 persen. Dari angka itu, konsumsi masyarakat menyumbang 2,73 persen disusul investasi yang menyumbang 1,47 persen. Pada triwulan IV-2019, konsumsi masyarakat hanya tumbuh 4,97 persen secara tahunan, lebih rendah dibandingkan dengan triwulan III-2019 yang sebesar 5,01 persen secara tahunan.

Sejumlah kalangan menilai, pelemahan konsumsi, sebagai penopang utama pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mulai terlihat harus dijaga agar tidak berlanjut. Pemerintah mesti hati-hati mengeluarkan kebijakan agar tidak berdampak negatif terhadap kemampuan belanja masyarakat. Perekonomian dalam negeri mesti diperkuat dan potensinya dioptimalkan. Selain itu, ruang untuk mendorong pertumbuhan ekonomi juga perlu dimanfaatkan secara optimal.

Berbagai langkah ini dibutuhkan untuk menghadapi risiko perekonomian global yang meningkat di awal tahun 2020 ini. Kendati risiko akibat perang dagang Amerika Serikat-China sedikit mereda, dunia meningkatkan kewaspadaan terhadap risiko akibat kondisi darurat global merebaknya virus corona tipe baru yang berawal dari Wuhan China. Tambahan risiko lain adalah konflik AS-Iran dan perkembangan Brexit.

Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Mohammad Faisal mengemukakan, melihat kondisi global seperti sekarang yang ketidakpastiannya semakin tinggi, mestinya kita harus segera memperkuat ekonomi dalam negeri. Kita mesti maksimalkan potensi ekonomi dalam negeri karena harapan kita terhadap kondisi luar itu tidak besar atau sangat tidak pasti.

Ini artinya, perekonomian di dalam negeri perlu diperkuat untuk mengatasi kondisi global. Serta daya dukung konsumsi terhadap perekonomian juga mesti dijaga. Lantas, Kalau jelas-jelas perekonomian kita bertumpu pada konsumsi, maka, stimulus apa yang mesti diberikan agar konsumsi tetap terjaga? Di pihak lain, kebijakan apa yang mesti ditahan dan tak diluncurkan oleh pemerintah agar tak menekan konsumsi belanja masyarakat?

Guna menjawab pertanyaan-pertanyaan itu radio Idola Semarang berdiskusi dengan beberapa narasumber, yakni Wijayanto Samirin (Ekonom Universitas Paramadina Jakarta/ pernah menjabat sebagai staf ahli ekonomi Wapres Jusuf Kala periode 2014-2019) dan Piter Abdullah (Direktur Riset CORE Indonesia). (Heri CS)

Berikut diskusinya: