Belajar dari Sejarah Wabah, Pelajaran Apa yang Bisa Dipetik di Tengah Pandemi Corona?

Solidaritas

Semarang, Idola 92.6 FM – Fenomena wabah sudah muncul sejak sebelum zaman nabi dan rasul. Wabah bukanlah kutukan, melainkan kesempatan untuk menguji solidaritas dan kemanusiaan. Demikian mengemuka dalam seminar daring “Wabah dalam Lintasan Sejarah Umat Manusia” yang baru-baru ini digelar.

Merujuk Kompas (22/04/20), Guru Besar Filologi UIN syarif Hidayatullah Jakarta, Prof Oman Fathurrahman mengungkapkan, berdasarkan manuskirp Islam kuno, wabah merupakan sejarah kelam yang terus berulang. Wabah atau pandemi besar pertama adalah wabah Yustinianus atau The Plague of Justinian pada 541-542 M. Selanjutnya, wabah berturut-turut muncul dari era Nabi Muhammad SAW yaitu, Shirawayh pada 627-628 M di Ibu Kota Persia, kemudian wabah Amwas di Suriah pada 688-689 M. Dari serentetan peristiwa wabah tersebut, tentunya banyak catatan yang terdokumentasikan.

Lantas, belajar dari sejarah wabah, pelajaran apa yang bisa dipetik di tengah pandemi corona? Bagaimana memantik dan merawat solidaritas di tengah masa kedaruratan ini? Guna mengulas ini, radio Idola Semarang mewawancara Guru Besar Filologi UIN syarif Hidayatullah Jakarta, Prof Oman Fathurrahman. (Heri CS)

Berikut podcast wawancaranya:

Artikel sebelumnyaMengawal Jaring Pengaman Sosial agar Tepat Sasaran dan Cepat Terdistribusikan
Artikel selanjutnyaBI Jateng Proyeksikan Kebutuhan Uang Kartal Selama Ramadan Sebesar Rp7,9 Triliun