Belajar dari Tragedi Susur Sungai SMPN 1 Turi Sleman

Proses pencarian siswa SMPN 1 Turi
Proses pencarian siswa SMPN 1 Turi di Sungai Sempor, Sleman, Sabtu (22/2/2020). (Foto: Dok. Tim Relawan Drone-Komunitas Drone Jogja)

Semarang, Idola 92.6 FM – Kecelakaan siswa SMPN 1 Turi Sleman, Yogyakarta, saat susur Sungai Sempor, akhir pekan lalu menjadi pelajaran bagi dunia pendidikan tentang pentingnya prosedur operasi standar pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler di alam. Sekolah mesti memahami manajemen risiko demi keselamatan para siswa.

Sebelumnya, diberitakan, SMPN 1 Turi menggelar kegiatan susur sungai di Sungai Sempor, Kab Sleman, Yogyakarta Jumat pekan lalu diikuti 249 siswa. Namun, saat pelaksanaan, hujan membuat air sungai meluap sehingga menghanyutkan sejumlah siswa. Akibatnya, 10 siswa tewas, 21 terluka ringan, dan 2 siswa terluka berat. Sebanyak 216 siswa selamat. Polisi telah menetapkan 1 orang tersangka dalam kasus ini.

Ketua Umum PGRI Unifah Rosyidi mengatakan, kecelakaan itu menjadi pelajaran bagi semua. Sekolah mesti lebih berhati-hati menyelenggarakan kegiatan yang mengajarkan anak agar mampu bertahan (survival) di alam terbuka. Kegiatan perlu dikemas secara kreatif sekaligus dengan antisipasi risiko bencana. Para guru dan Pembina kegiatan dapat meminta pertimbangan ahli seperi BMKG lokal sebagai antisipasi.

Lantas, agar kita tak selalu menjadi bangsa post factum, pelajaran berharga apa yang mesti dipetik dari tragedi susur sungai di Sungai Sempor Sleman? Membahas ini, radio Idola Semarang mewawancara Wakil Sekretaris Jenderal Federasi Serikat Guru Indonesia (FGSI) Satriwan Salim. (Heri CS)

Berikut wawancaranya: