Kapten Sanjoto, Pejuang Yang Kawal Pangsar Jenderal Soedirman Berharap Bisa Punya Rumah

Kapten Sanjoto
Kapten Sanjoto, Pejuang asal kota Seamarang.

Semarang, Idola 92,6 FM – Bulan Agustus menjadi bulan sejarah bagi bangsa Indonesia, dan akan terasa kurang heroik jika tidak membicarakan perjuangan para pejuang melawan penjajah. Salah satunya adalah pejuang asal Kota Semarang, Kapten Sanjoto yang kini sudah berusia 90 tahun.

Kapten Sanjoto di usianya hampir seabad itu, masih mampu menceritakan secara detil perjuangannya waktu itu melawan penjajah Jepang dan Agresi Militer kedua Belanda. Saat itu, Sanjoto muda masih berusia 12 tahun dan berani memanggul senjata melawan pasukan Jepang di Kota Semarang.

Menurut Sanjoto, keputusannya memanggul senjata di usia terlalu muda bukan tanpa sebab. Karena, waktu itu sudah banyak teman sebayanya yang juga mengangkat senjata melawan penjajah Jepang.

Kapten Sanjoto
Sanjoto menyambut kedatangan Gubernur Ganjar Pranowo di depan rumahnya di daerah Peterongan, kemarin.

Sanjoto menjelaskan, kali pertama berjuang melawan penjajah dengan bergabung di Angkatan Muda kemudian direkrut Badan Keamanan Rakyat (BKR).

“Saya mengusir Jepang, umur saya waktu itu 12 tahun. Saya waktu itu SMP. Saya ikut organisasi kepemudaan di Surakarta. Dari situ mendorong saya, diminta oleh PETA bentukan Jepang. Rencananya Jepang itu, PETA dipakai sebagai tameng jika pribumi menyerang Jepang,” kata Sanjoto, belum lama ini.

Kisah heroik Sanjoto lainnya, ketika mendapat mandat khusus dari Pangdam Diponegoro saat ini Kolonel Gatot Soebroto untuk mengawal rombongan Panglima Besar Jenderal Soedirman.

“Saya diperintahkan panglima untuk mengantarkan Panglima Besar Jenderal Soedirman, untuk menyeberang jalan arah Wonogiri-Ponorogo sampai aman untuk memenuhi panggilan Presiden Soekarno di Yogyakarta,” jelasnya.

Kini, di masa tuanya sekarang Sanjoto masih berjuang untuk bisa mendapatkan kejelasan status rumah yang selama ini ditinggali. Karena, rumah di Jalan Belimbing Peterongan Semarang itu status kepemilikannya belum jelas. Dirinya berharap, rumah itu bisa menjadi miliknya setelah Pemkot Semarang menghibahkan. (Bud)