Mengenal Yuli Sungkowo, Penyuluh Petani Gandum dari Lereng Gunung Bromo

Yuli Sungkowo, Penyuluh Petani Gandum dari Lereng Gunung Bromo

Semarang, Idola 92.6 FM-Tanaman gandum sudah mulai dibudidayakan di Indonesia. Pada tahun 2007, tanaman gandum dibudidayakan  seluas 150 hektare namun kini hanya tersisa 25 hektare. Dari seluas itu, 10 hektare budidaya dilakukan Pemerintah Kabupaten Pasuruan. Luas lahan gandum terus menyusut karena produktifitas dan nilai ekonomis lebih rendah dibandingkan tanaman sayuran. Sehingga petani memilih menanam sayuran seperti kentang.

Tanaman kentang, setiap hektare membutuhkan biaya produksi Rp 50 juta namun keuntungannya mencapai Rp 20 juta. Sedangkan tanaman gandum bermodal Rp 12 juta hanya menghasilkan keuntungan antara Rp 3 juta-Rp 8 juta. Biaya produksi tersebut meliputi pengolahan lahan,membeli bibit, upah buruh, pupuk dan pestisida. Harga gandum tak kompetitif, membuat petani tak tertarik.

Apalagi, tanaman gandum juga membutuhkan perlakuan paska panen. Mulai mengeringkan dan perontokan sampai pengolahan menjadi tepung. Sedangkan tanaman sayuran mereka tak membutuhkan pengolahan. Usai panen, tanaman sayur bisa langsung dipasarkan.

Bibit tanaman gandum dipasok untuk 13 Kabupaten di enam Provinsi. Namun sejauh ini, hanya Kabupaten Pasuruan yang menanam gandum di atas lahan lebih lebih dari 10 hektare. Bibit tersebut telah bebas hama dan penyakit. Sedangkan jika mendatangkan bibit dari luar negeri rawan penularan hama dan penyakit.

Lantas, mengulik tanaman gandum yang ditanam oleh petani di lereng gunung Bromo  Desa Ngadiwono Kecamatan Tosari Kabupaten Pasuruan Jawa Timur, berikut ini wawancara radio Idola Semarang dengan Penyuluh Petani Kecamatan Tosari dan pioner tanaman gandum,  Yuli Sungkowo. (her)

https://anchor.fm/radio-idola/episodes/wawancara-Yuli-Sungkowo–pioner-tanaman-gandum-eh2p0p