Menyoal Normal Baru dan Amnesia Lingkungan

Semarang, Idola 92.6 FM-Manusia amat cepat mengalami amnesia. Cara hidup sak madya atau secukupnya yang dipaksakan oleh Pandemi Covid-19—selama lebih dari 100 hari, ternyata tidak meninggalkan bekas yang terlalu dalam.

Begitu palang pintu dibuka, manusia langsung memacu konsumsinya dan kembali menorehkan gurat-guratan luka pada wajah bumi. Demikian dikemukakan Pengajar Program Doktor Ilmu Lingkungan Unika Soegijapranata-Prof Budi Widianarko  dalam opininya di Kompas (29/06/20).

Prof Budi menyontohkan,  perubahan langit selama masa pembatasan Covid-19, sempat memunculkan harapan tentang hadirnya kota-kota dengan kualitas lingkungan yang lebih baik. Tercatat, virus corona memicu penurunan kadar karbondioksida global hingga 5 persen—terbesar sejak Perang Dunia II.

Sayangnya, harapan itu hanya berlangsung sesaat. Seiring dengan dikumandangkannya aba-aba masa “normal baru”, langit mulai suram oleh selimut kabut dan asap. Dengan mengusung pemulihan ekonomi sebagai mantra utama masa normal baru, bisa dipastikan dunia akan segera melupakan keindahan sesaat itu. Yang terjadi adalah sebuah amnesia. Keutuhan lingkungan (environmental integrity) untuk kesekian kalinya harus terkalahkan oleh kemendesakan ekonomi.

Lantas, menyoal normal baru dan amnesia lingkungan, pelajaran berharga apa yang bisa dipetik? Mengulas ini, radio Idola Semarang mewawancara Pengajar Program Doktor Ilmu Lingkungan Unika Soegijapranata Semarang, Prof Budi Widianarko. (her)

https://anchor.fm/radio-idola/episodes/wawancara-bersama-Pengajar-Program-Doktor-Ilmu-Lingkungan-Unika-Soegijapranata-Semarang–Prof-Budi-Widianarko-eg420a

Artikel sebelumnyaMengenal KKN-PPM Daring UGM Yogyakarta di Tengah Pandemi
Artikel selanjutnyaPandemi Covid-19, Dapatkah Menjadi Momentum Mewujudkan Kemandirian Riset dan Inovasi?
Jurnalis senior dan koordinator liputan Radio Idola Semarang.