Pariwisata Mesti Perhatikan Aspek Keberlanjutan

Reportase event Panggung Civil Society edisi Januari 2020.

Panggung Civil Society Edisi Januari 2020
Panggung Civil Society Edisi Januari 2020.

Semarang, Idola 92.6 FM – Konsep pariwisata di Kota Semarang mesti memperhatikan aspek keberlanjutan. Sebab, sayang jika tingkat kunjung wisatawan hanya bersifat sementara sehingga perlu kreativitas, inovasi dalam upaya keberlanjutan. Dan, dalam meningkatkan kunjungan pariwasata perlu upaya kerja bareng dalam semangat mobilisasi, orkestrasi, dan co-kreasi.

Demikian mengemuka dalam Panggung Civil Society Membangun Indonesia Lebih Baik bertema “Menyukseskan Pariwisata Semarang di Era MO”, yang diselenggarakan radio Idola Semarang bekerjasama dengan @HOM Hotel Semarang, Kamis (23/01/2020) pagi, di Ruang Olympia-Olivetti @HOM Hotel Semarang.

Hadir sebagai narasumber: Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi, Kasi Pengembangan Usaha Pariwisata Dinas Kepemudaan Olahraga dan Pariwisata Jawa Tengah Cahyo Danu Sukmono, Ekonom Undip Semarang Maruto Umar B, Wakil Ketua PHRI Jateng dan GM Star Hotel Semarang Benk Mintosih, Ketua STIEPARI Semarang Samtono, dan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang Indriyasari. Acara dipandu penyiar Nadia Ardiwinata.

Hendrar Prihadi
Hendrar Prihadi, Walikota Semarang.

Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi menyatakan, perkembangan Kota Semarang bisa maju seperti sekarang ini karena kolaborasi dan dukungan banyak pihak. Ia menerapkan konsep bergerak bersama. Konsep kerja bersama antara satu lini dengan lini lain. Ia mencontohkan, dengan spirit itu, dampak dari pariwisata pun bisa dirasakan bersama-sama.

“Pertumbuhan hotel terus menggeliat. Rumah bisa jadi kos-kossan atau homestay. Juga restoran. Di tahun 2010, restoran hanya 400-an, sekarang sudah mencapai 1.500-an. Itu yang terdaftar, belum terdaftar,” ujarnya.

Di hadapan puluhan peserta, Hendi mengungkapkan, wisata saat ini sedang menjadi primadona penyumbang devisa di tengah lesunya ekonomi global. Tren wisata sejalan dengan pemerintah pusat. Sektor pariwisata secara nasional saat ini menyumbang devisa lebh banyak dari pada minyak bumi dan gas. Pada peringkat pertama disumbang oleh komoditas sawit. Kedua, wisata, dan ketiga, minyak bumi dan gas. Hendi menambahkan, sumbangan PAD dari sektor pariwisata masuk 3 besar. Artinya, kemajuan terasa selama 4 tahun terakhir.

“Ini sebuah kabar menggembirakan. Di Kota Semarang target kedatangan wisatawan mancanegara tahun 2019 lalu tercapai yakni mencapai, 7,2 juta orang. Dan, ke depan ini akan terus ditingkatkan,” ujarnya.

Wali Kota menambahkan, tahun ini Pemkot Semarang akan menambah destinasi wisata baru,yakni Jembatan Kaca di kawasan Hutan wisata Tinjomoyo. Selain Pembangunan Jembatan Kaca, revitalisasi Kota Lama tahap dua, dan perbaikan Semarang Zoo juga diharapkan bisa menambah kunjungan Wisatawan.

Dalam upaya menjaga kesinambungan, Pemkot Semarang terus melakukan berbagai upaya dengan melibatkan pihak-pihak terkait. Sebab, ia mengakui, banyak tantangan dan PR yang dihadapi Kota Semarang.

“Semarang apa punya pantai bersih? Ndak ada. Semarang apa punya pasir putih? Ndak ada. Tapi Semarang punya semangat, gotong royong, bergerak bersama. Kita wujudkan destinasi-destinasi baru supaya banyak wisatawan yang datang,” ujarnya.

1Kembangkan 8 Desa Wisata

Indriyasari
Indriyasari.

Sementara itu, dalam upaya mengembangkan dunia wisata di Kota Semarang, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang tahun ini akan fokus mengembangkan 8 Desa Wisata untuk objek wisata baru Kota Semarang. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang Indriyasari mengatakan, saat ini sudah ada delapan desa wisata yang disahkan dengan SK Walikota dan juga ada 43 Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) yang sudah disahkan dengan SK Kadisbudpar.

“Di tahun 2020 ini, Dispudpar akan fokus mengangkat kampung tematik yang menjadi rintisan munculnya desa wisata yang mengangkat potensi lokal. Salah satunya desa wisata Batik Semarangan di Kelurahan Mangunharjo,” ujar Indriyasari.

Menurut Indriyasari, kehadiran rintisan desa wisata ini, diharapkan bisa menjadi potensi wisata baru di Kota Semarang. Selain itu, juga keberadaan kampung-kampung tematik yang sudah tumbuh di 166 kelurahan di Kota Semarang. “Dengan jumlah potensi tempat wisata yang cukup banyak dan beragam, tahun ini Disbudpar menargetkan kunjungan wisatawan bisa meningkat, yakni dengan target kunjungan mencapai lebih dari 7 juta wisatawan,” tuturnya.

2Jangan Hanya Jadi Euforia Sesaat

Samtono
Samtono, Ketua STIEPARI Semarang.

Sementara itu, Ketua STIEPARI Semarang Samtono, mengapresiasi upaya yang dilakukan Pemkot Semarang. Khusus dibidang wisata, terus menggeliat. Namun, satu pertanyaan besar, menurutnya, apakah capaian Kota Semarang hanya sampai di sini.

“Dibandingkan dengan Banyuwangi, sebenarnya secara fisik biasa. Tapi sekarang ambisinya, Banyuwangi, ingin menjadi Bali kedua. Kalau Semarang mestinya bisa seperti Bali. Kalau kita ingin meng-orkestrasi, semua tergantung dirijennya yakni Pak Wali Kota Semaramg,” ujarnya.

Untuk itu, menurut Samtono, pihak-pihak terkait mesti memiliki komitmen kuat. Mulai dari kalangan akademisi, pelaku pariwisata, dan masyarakat. Jangan sampai, komitmen itu hanya euforia sesaat. Kemudian, pariwisata bisa menjadi sumber penghidupan masyarakat Kota Semarang. “Karena ending-nya adalah pertumbuhan ekonomi. Semakin maju pariwisatanya, masyarakat yang akan merasakan,” tuturnya.

Samtono berharap, desain pengembangan pariwisata Kota Semarang ke depan, melalui kajian yang cermat. Agar keberlanjutan pengembangan arahnya jelas. Misal, gaung Kota Lama sangat luar biasa mendapat respons publik secara nasional. “Sekarang pertanyaanya, apa action-nya. Produknya? Pengunjung dapat apa? Bisa membeli apa? dan sebagainya. Ini harus dipertahankan. Harus terus digali,” tandas Samtono yang juga menyampaikan, STIEPARI siap membantu Pemkot Semarang dalam kepariwisataan.

3Orkestrasi Layaknya Musik Jazz

Maruto Umar B
Maruto Umar B, Ekonom Undip Semarang.

Ekonom Undip Semarang Maruto Umar B, menambahkan, jika dibandingkan dengan Kota Bandung, anugerah Kota Semarang jauh lebih indah. Ada pantai, daratan, dan perbukitan. Yang harus kita lakukan, orkestrasi mesti dilakukan. “Kalau saya lebih spesifik. Jadi, Orkestrasi yang hebat itu layaknya genre musik jazz. Karena dalam musik jazz itu memberikan kesempatan individu dengan instrumennya berimprovisasi tetapi kemudian berakhir dengan tepuk tangan yang meriah,” ujarnya.

Menurut Maruto, Wali Kota yang berperan sebagai dirijen harus mampu mengungkit kompetensi para stakeholders. Sehingga, ketika mereka menari dan memainkan itu (orkestrasi) selalu dalam irama yang sama.

Dilihat dari historis, menurut Maruto, sejak zaman dahulu, Semarang adalah kota perdagangan dan jasa. Sehingga, itu memang yang mesti menjadi core dari kota Semarang. Kemudian, ketika bertransformasi ke pariwisata, tentu hal itu tidak perlu dihilangkan. Dalam bahasa sederhana bisa dipadukan, “bisnis sambil berwisata atau wisata sambil berbisnis.” Ada kolaborasi unsur perdagangan, jasa, dan wisata.

“Karena infrastrukturnya luar biasa. Darat, laut, udara itu ada di sini. Sehingga, kalau itu dikemas dengan baik, tidak menutup kemungkinan, bisa menjadi nilai tambah yang berbeda, meski anugerahnya berbeda dengan Banyuwangi, misalnya. Banyuwangi itu anugerahnya dekat dengan Bali. Sehingga gaungnya dekat dengan wisata asing,” tuturnya.

4Pemerintah Tak Bisa Kerja Sendiri

Benk Mintosih
Benk Mintosih, Praktisi Pariwisata.

Praktisi Pariwisata Benk Mintosih menuturkan, dalam membangun pariwisata, pemerintah tidak bisa sendiri. Harus bersama-sama dengan pelaku usaha, warga, akademisi, dan pewarta. Kalau bisa bersinergi kenapa harus berkompetisi. “Kita bangun bersama-sama. Teman-teman harus sadari betul, pertumbuhan wisata di Kota Semarang luar biasa betul,” katanya.

Benk Mintosih mencontohkan, dirinya yang tinggal di 3 kota, Jogja, Solo, dan Semarang. Dahulu, macetnya ke arah Solo atau Jogja. Sekarang kalau malam minggu, berbalik hampir sama. “Artinya, Semarang menjadi salah satu destinasi yang diminati,” ujarnya.

Menurut Benk, semua pihak jangan terlena dengan euforia yang saat ini tengah kita alami. Masyarakat juga harus terus diedukasi. Pariwisata mesti menjadi bagian dari budaya masyarakat. Ia mencontohkan, di Bali, semua warga seolah menjadi guide bagi wisatawan. Penduduk harus bersama-sama turut membangun wisata Kota Semarang. Kota lama kini telah menjelma menjadi ikon baru yang luar biasa. “Mudah-mudahan teman-teman tidak cepat terjebak dalam euforia. Jangan lengah. Harus sustainable,” tuturnya.

Cahyo Danu Sukmono, Kasi Pengembangan Usaha Pariwisata Dinas Kepemudaan Olahraga dan Pariwisata Jawa Tengah.

Sementara itu, Kasi Pengembangan Usaha Pariwisata Dinas Kepemudaan Olahraga dan Pariwisata Jawa Tengah Cahyo Danu Sukmono, menyampaikan, pariwisata Jateng tidak lepas dari destinasi wisata di 35 kabupaten/ kota. Pemprov Jateng mengkolaborasi potensi wisata antar daerah. Misalnya, melalui konsep Joglosemar (Jogja, Solo, dan Semarang). Konektivitas dan jaringan antar 3 daerah itu sangat memungkinkan untuk terus dioptimalkan.

“Apalagi selama ini, banyak kapal pesiar yang turun di Tanjung Emas Semarang. Ini membuat posisi Kota Semarang sangat strategis,” ujarnya.

Batik Margaria
Parade Batik Margaria yang diperagakan oleh para model Astha Nayyara Modelling Management.

Di sela-sela acara juga diselingi parade busana koleksi Margaria Batik yang diperagakan oleh model-model dari Astha Nayyara Modelling Management pimpinan Adelia Mahendra. Dalam kesempatan itu para model memperagakan koleksi bertema Batik Nuansa Imlek. (Heri CS)