Pemasrahan Santri Baru PP Askhabul Kahfi Dibagi dalam Beberapa Kloter

Semarang, Idola 92.6 FM-Sebagi bagian dari penegakan protokol kesehatan dalam aspek jaga jarak dan hindari kerumunan (physical distancing), Pondok Pesantren Askhabul Kahfi (Ponpes Aska) Mijen Kota Semarang, membagi tradisi pemasrahan santri baru dalam tiga kloter.

Pada tahun ajaran baru 2020/2021, Ponpes Aska menerima sebanyak 10.027 santri putra dan putri. Mereka dibagi dalam beberapa gelombang pemasrahan. Tiga kloter santri putra dan dua kloter santri putri. Masing-masing kloter rata-rata 400-an santri yang datang dari berbagai daerah baik dari Jawa maupun luar Jawa.

Suasana khidmat mewarnai acara pemasrahaan santri dari wali santri kepada pengasuh Ponpes Askhabul Kahfi KH Masruchan Bisri , Minggu (19/07) siang. Sebelumnya, acara pemasrahan juga sudah dilakukan sejak  Jum’at (17/07) di Kampus 1 Ponpes Aska. Para santri didampingi wali santri bertatap muka dengan pengasuh dalam sebuah forum untuk mendapat nasihat.

Dalam kesempatan itu, Abah Masruchan—panggilan para santri kepada KH Masruchan Bisri, menekankan pentingnya kerjasama wali santri dengan pengasuh serta jajaran pengurus pesantren dalam  mendidik anak. Di antara wali santri dan pihak pesantren mesti menumbuhkan kepercayaan dan berpikiran positif.

Abah Masruchan memberi contoh, santri untuk tidak mudah melapor permasalahan yang mereka alami saat mondok kepada orang tuanya. Sebab, santri yang mondok berasal dari berbagai latar belakang serta majemuk. Semua jadi satu.

“Kalau ada permasalahan lapornya  jangan sama orang tuanya, tapi laporlah pada bapak ibu guru, ustad atau pengurus, biar mereka yang membantu menyelesaikan. Karena kami sudah ada peraturan pondok yang akan menyelesaikan jika ada persoalan di antara santri,” ujarnya.

Tiga Nasihat buat Wali Santri dan Santri

Kepada para wali santri sekaligus para santri, Abah berpesan, ada 3 nasihat. Ada tiga hal yang akan dialami santri baru pada awal-awal nyantri. Yakni,  gadog, galau, dan gelisah. Gadog adalah saat dimana santri baru akan mengalami sesuatu yang tidak pernah mereka alami atau yang belum biasa mereka gunakan.

Kemudian, perasaan galau di awal mondok juga akan dialami para santri baru. Galau, karena mereka meninggalkan kampung halamannya, berpisah sementara waktu dengan teman-teman sepermainan dan kedua orang tuanya, dan berganti dengan teman-teman baru.

“Perasaan gelisah juga akan dialami santri baru karena mereka akan ditinggalkan orang tuanya kembali ke kampung halamannya,” tuturnya.

Untuk menghilangkan tiga perasaan itu,  KH Masruchan Bisri mengingatkan para santri baru untuk  sejak dini menanamkan sikap sabar dan tabah. Dengan bergurau, Pak Kiai meminta sanri baru untuk wiridannya tidak yang susah-susah dulu.

“Untuk awal-awal santri baru, wiridane tidak usah yang lain dulu, wiridane cukup bilang “nangis keno bali ora keno,” (Menangis boleh, pulang jangan). Wes kuwi wae wiridane,” ujarnya yang disambut ger-gerran para wali santri.

Setelah mengetahui tiga hal yang akan dialami santri baru itu, KH Masruchan Bisri berpesan kepada wali santri untuk tidak cemas dengan keadaan tersebut. Dia meminta wali santri untuk pengertian. Salah satunya, wali santri tidak boleh menemui dan berkomunikasi dengan putra putrinya selama 15 hari awal nyantri.

“Kenapa tidak boleh? Karena anak-anak kita itu sedang beradaptasi dengan lingkungan barunya di pondok. Karena itu mereka jangan diganggu dulu. Orang tua harus mensuport tholabu ilmi atau belajar putra putri mereka sendiri,” pesannya.

Nasihat yang disampaikan KH Masruchan Bisri semakin menguatkan keyakinan wali santri untuk ‘’menitipkan” anak-anak mereka untuk menuntut ilmu di pondok pesantren tersebut. “Saya semakin yakin mondokkan anak saya di sini. Semoga menjadi anak pintar dan soleh,” ujar Jumainah, wali santri asal Desa Kedungdowo Kec  Campurejo Boja Kendal.  Jumainah memondokkan anaknya, Nova Alif (13 tahun) sembari sekolah di SMP 1 Askhabul Kahfi.

Senada, Safrudin, wali santri dari tarakan, Kalimantan Utara, menyampaikan,  setelah mendengar nasihat pengasuh, ia tambah mantap. “Semoga anak saya tidak hanya menjadi anak yang berilmu tapi juga berakhlak,” tutur Safrudin.

Tak Pakai Masker Santri Kena Sanksi

Sebagai upaya menegakkan protokol kesehatan, selama pandemi Covid-19, pengurus Ponpes memperketat penerapan protokol kesehatan. Mulai dari penyemprotan disinfektan saat memasuki pondok, pemakaian wajib masker, cuci tangan dengan sabun, hingga pengaturan ruang belajar dan ruang isolasi mandiri di lingkungan pesantren.

Pengurus dan Lurah Ponpes Askhabul Kahfi, M Rikza Saputro menyatakan, pihaknya menerapkan aturan pemberian sanksi bagi santri yang tak mengenakan masker. Sanksi bukan berupa denda uang maupun kerja sosial namun shalat Taubat.

“Jika ada santri keluar kamar tak memakai masker dikenai sanksi berupa sholat Taubat selama 1 jam,” kata Rikza.

Menurut Rikza, pemberian sanksi ini sebagai ikhtiar mendisiplinkan para santri. Mengingat, Covid-19 tidak bisa disepelekan dan dianggap enteng. Maka, selain kewajiban memakai masker, pihaknya juga menyediakan hand sanitizer di tiap kamar dan tempat cuci tangan.

“Selain itu, sebagai upaya jaga jarak atau physical distancing, kapasitas kelas untuk sekolah dan mengaji juga sudah disiapkan hanya 50 persen dari kapasitas sebelumnya,” tutur lulusan Universitas Wahid Hasyim (Unwahas) ini.

Ponpes Askhabul Kahfi sebelumnya juga telah dicanangkan sebagai Pesantren Siaga Candi Hebat di Kota Semarang. Pantauan Suara Merdeka, Ponpes sangat memerhatikan pentingnya penerapan protocol kesehatan. Di setiap sudut dan tempat-tempat stategis di lingkungan Ponpes juga dipasang materi edukasi, informasi, dan sosialisasi protokol kesehatan dalam mengantisipasi penularan Covid-19.

Rikza menambahkan, bagi santri yang sakit langsung akan dirawat ke ruang isolasi. Pihak pengelola telah menyiapkan  2 gedung isolasi dengan fasilitas cukup memadai pada masing-masing kampus. Tercatat, ada 4 kampus di kompleks pesantren.

“Untuk mengurangi interaksi dengan pihak luar, bahkan, ada aturan selama Pandemi, waktu wali santri menjenguk anaknya dibatasi. Sebelumnya diperbolehkan 1 minggu sekali. Kini, satu bulan sekali,” tandasnya. (her)