Seberapa Jauh Persiapan Indonesia Memasuki Era Ekonomi Berbasis Pengetahuan?

KBE_ilustrasi2

Semarang, Idola 92.6 FM – Sampai sekitar tiga ratusan tahun yang lalu, masyarakat di seluruh dunia setiap harinya hidup dengan bertani. Satu abad setelahnya, James Watt menciptakan mesin uap yang memulai Revolusi Industri. Barang-barang yang kita gunakan sehari-hari hingga saat ini merupakan hasil dari ekonomi berbasis industri. Akan tetapi, pada pertengahan abad ke-20, ekonomi berbasis industri atau industrial economy bergeser menjadi post-industrial, di mana ekonomi didominasi oleh sektor jasa.

Pergeseran dari sektor agrikultur (pertanian) ke manufaktur (industrialisasi), lalu bergeser ke sektor jasa, rasanya sudah sangat signifikan. Namun, ternyata, pada akhir abad ke-20, ekonomi sudah bergeser lagi dari post-industrial ke knowledge-based economy.

Mungkin, knowledge-based economy inilah yang dimaksud pada saat presiden pertama kita Ir. Soekarno, mengatakan bahwa Indonesia harus memajukan budaya nasional dan melepaskan diri dari citra “negara kaya sumber daya alam” menjadi “negara sumber daya manusia” yang mampu mencipta dan berkarya di medan internasional.

Tapi, apa yang dimaksud dengan knowledge-based economy atau knowledge economy? Knowledge economy adalah ekonomi yang berbasis ilmu pengetahuan, di mana yang menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi bukan lagi pabrik-pabrik besar dengan ribuan tenaga kerja, melainkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Penyebab utama pergeseran industrial economy ke knowledge-based economy adalah penemuan Internet dan World Wide Web. Dua penemuan ini telah menciptakan revolusi digital yang membawa kita ke Information Age.

KBE_ilustrasi1

Gara-gara knowledge-based economy, sekarang bisnis didominasi oleh perusahaan-perusahaan teknologi, karena di era ini, perusahaan baru bisa memiliki competitive advantage atau keunggulan bersaing jika terus-menerus berinovasi. Itulah kenapa, dalam ranking The World’s Most Valuable Brands dari majalah Forbes, enam dari sepuluh brand peringkat teratas diduduki oleh perusahaan teknologi. Setelah sebelumnya Coca-Cola berada di peringkat pertama selama lebih dari sepuluh tahun, sekarang posisinya digeser oleh Apple sejak tahun 2013.

Knowledge-based economy atau ekonomi berbasis ilmu pengetahuan, kini menjadi faktor penting jika kita ingin terus maju di masa depan. Karena negara-negara, bahkan yang memiliki sumber daya alam berlimpah, sadar bahwa suatu saat kekayaan alam mereka akan habis. Sementara itu, kekayaan intelektual manusia tidak akan ada habisnya. Kekayaan intelektual ini, jika dikelola dengan baik, bisa menjadi pendorong pertumbuhan dari ekonomi tiap negara.

Lalu, bagaimana dengan Indonesia? Siapkah kita memasuki arena persaingan dengan mengandalkan ekonomi berbasis ilmu pengetahuan atau kita masih akan bergantung pada komoditas yang berasal dari Sumber Daya Alam? Lalu, sudah seberapa jauh pendidikan kita, khususnya Perguruan Tinggi dalam mengubah paradigma, bahwa kata kunci untuk memenangkan masa depan adalah Sumber Daya Manusia, yang mampu mencipta dan berkarya?

Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, radio Idola Semarang berdiskusi dengan beberapa narasumber, yakni: Prof Ahmad Erani Yustika ( Guru Besar FEB Univesitas Brawijaya Malang dan Ekonom Senior INDEF); Prof Ari Kuncoro (Ekonom/ Rektor Universitas Indonesia); dan Prof Elfindri (Guru Besar Ekonomi SDM dan Direktur SDGs Universitas Andalas Pandang). (andi odang/her)

Dengarkan podcast diskusinya: