Bagaimana Strategi Penanganan Spesifik Anak-anak Korban Pandemi?

Anak di masa Pandemi
Photo/UNICEF

Semarang, Idola 92.6 FM – Pandemi Covid-19 tak hanya ancaman serius saat ini tetapi juga berdampak pada masa depan. Hal itu menyusul banyaknya anak Indonesia yang mendadak kehilangan orangtuanya akibat Covid-19.

Besarnya kluster penularan di lingkungan pekerjaan dan keluarga menyebabkan tingginya angka kematian warga usia produktif dan meninggalkan anak-anak usia dini. Kehilangan ayah dan ibu membuat anak-anak–terutama yang masih di bawah umur mengalami tekanan besar—terutama secara psikis. Padahal, mereka masih belum siap berpisah dari orangtua yang mengasuh selama ini serta mendadak mengurus diri sendiri dan adik jika mereka adalah anak sulung.

Merujuk Kompas (26/08), berdasarkan data Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak bekerja sama dengan Unicef, per 25 Agustus lalu, tercatat, jumlah anak-anak yang kehilangan orangtua karena Pandemi mencapai 9 ribu anak lebih. Mereka terdiri dari anak yatim 4 ribuan anak, piatu 3 ribuan anak, yatim piatu 400-an anak, dan tanpa keterangan 300-an anak.

Atas situasi ini, sejumlah pihak menilai, penanganan anak-anak yang kehilangan orangtua mesti spesifik dan dalam jangka Panjang. Mengingat karakter, dan latar belakang anak-anak korban pandemi itu beragam. Penanganan spesifik tidak hanya dalam pengertian keperluan kehidupan dan keperluan materiil mereka tapi yang tak kalah penting adalah kebutuhan immaterial– siapa yang men-subtitusi orangtua atau siapa yang menjadi orang tua kedua untuk mendampingi anak-anak?

Maka, bagaimana mestinya rencana aksi atau strategi penanganan anak-anak yang kehilangan orangtua akibat Pandemi—mengingat penanganan spesifik bukankah tidak hanya dalam pengertian keperluan kehidupan dan keperluan materiil semata, tapi yang tak kalah penting adalah kebutuhan immaterial–siapa yang men-substitusi orangtua mereka dan mendampingi tumbuh-kembang anak-anak? Bagaimana pula, mestinya masyarakat menyikapi situasi ini—mengingat jumlah anak-anak yang kehilangan orangtua jumlahnya ribuan? Akankah kita biarkan mereka?

Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, radio Idola Semarang berdiskusi dengan beberapa narasumber, yakni: Bapak Nahar (Deputi Perlindungan Khusus Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kementerian PPPA)); Retno Listyarti (Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI)); dan Lita Widyo Hastuti, S.Psi, M.Si (Psikolog Unika Soegijapranata Semarang). (her/ yes/ ao)

Dengarkan podcast diskusinya: