Jateng Borong Penghargaan Proklim 2021

Widi Hartanto
Plt Kepala DLHK Jateng Widi Hartanto (tengah) dan perwakilan dua desa penerima penghargaan Proklim 2021.

Semarang, Idola 92,6 FM – Pemprov Jawa Tengah memborong penghargaan Proklim 2021, yang diselenggarakan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) belum lama ini. Hingga saat ini, di Jateng sudah ada 525 titik yang didapuk sebagai kampung Proklim.

Pelaksana tugas Kepala DLHK Jateng Widi Hartanto mengatakan penghargaan dari Kementerian LHK menjadi yang keempat diterima pemprov sejak 2017 lalu, dan tahun ini selain pemprov juga ada dua desa di Jateng mendapat penghargaan tertinggi Proklim 2021. Yakni Desa Sruni di Kabupaten Boyolali, dan Desa Sambak di Kabupaten Magelang. Pernyataan itu dikatakannya saat dihubungi melalui sambungan telepon, kemarin.

Widi menjelaskan, kedua desa tersebut berhasil mengurangi emisi gas rumah tangga dan memerangi perubahan iklim. Misalnya Desa Sruni berhasil membuat biogas dari limbah kotoran sapi dan memerangi kekeringan dengan memanen air hujan, sedangkan Desa Sambak membuat biogas dari limbah industri tahu.

Menurutnya, Pemprov Jateng terus berupaya meningkatkan kesadaran warga tentang isu perubahan iklim.

“Keterlibatan masyarakat dalam mengatasi perubahan iklim atau kontribusi salam pengurangan dampak perubahan iklim, misalnya pengurangan sampah dari sumbernya dan kemudian ada pemanenan air hujan. Jadi itu sudah dikelola oleh masyarakat program kampung iklim ya. LSM-LSM juga kita minta untuk ikut terlibat di dalam pengembangan kampung iklim atau program kampung iklim,” kata Widi.

Lebih lanjut Widi menjelaskan, guna mendukung perang melawan perubahan iklim itu pemprov memberikan dukungan sosialisasi dan bantuan berupa instalasi pengolahan limbah. Termasuk, memberikan bantuan bibit pohon sebagai langkah penghijauan.

“Upaya perang terhadap perubahan iklim, juga dilakukan pada wilayah pesisir utara Pulau Jawa. Hal itu dilakukan, untuk menanggulangi dampak penurunan air tanah di wilayah Pekalongan dan Semarang maupun Demak,” pungkasnya. (Bud)