Menyorot Polemik Mahalnya Harga Tes PCR: Siapa yang Paling Diuntungkan di Baliknya?

Tes PCR
ilustrasi/istimewa

Semarang, Idola 92.6 FM – Buntut dari kebijakan wajib tes PCR bagi penumpang pesawat terbang memicu reaksi publik atas mahalnya harga tes PCR. Hal itu membuat masyarakat mendorong agar harga tes PCR bisa diturunkan. Apalagi, harga tes PCR di Indonesia lebih mahal berkali-kali lipat dibanding dengan negara-negara lain, seperti di India.

Salah satu warganet yang bereaksi keras terkait masih tingginya tes PCR di Indonesia adalah Susi Pudjiastuti. Ia mencuit/ PCR mau dipakai di semua moda transportasi. Bisakah harganya seperti India? Kenapa kita di Indonesia harus bayar 4x-nya….bahkan 6x-nya…sampai dengan 10x nya. Kenapa dihimbau turun hanya sampai dengan Rp300.000??? India PCR Cuma Rp96 ribu, di RI, kenapa harganya selangit?

Kritik lain juga disampaikan pengamat penerbangan Alvin Lie. Di sebuah media, ia menyatakan, pemerintah dalam waktu singkat dapat memerintahkan biaya tes PCR turun dari Rp900 ribu menjadi Rp500 ribu/ kemudian nanti Rp300 ribu. Ini menunjukkan selama ini pemerintah mengetahui biaya tes PCR overpriced alias kemahalan.

Tes PCR
ilustrasi/istimewa

Merespons berbagai kritikan, Presiden Joko Widodo pun memerintahkan kabinetnya untuk menurunkan harga tes PCR hingga Rp300 ribu. Hal itu disampaikan dalam rapat terbatas evaluasi Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), Senin lalu. Menko bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan pun kemudian mengumumkan ke publik, pemerintah akan menurunkan harga tes PCR menjadi Rp300 ribu. Langkah ini menyusul kewajiban tes PCR sebagai syarat perjalanan dengan moda transportasi udara.

Diketahui, saat ini, Kemenkes menetapkan tarif tertinggi tes PCR pada harga Rp495 ribu untuk daerah di Jawa-Bali dan Rp525 untuk daerah luar Jawa-Bali mulai 16 Agustus 2021. Patokan harga terhitung turun dari harga awal yang ditetapkan Kemenkes pada 5 Oktober 2020 dengan batasan tarif tertinggi Rp900 ribu untuk pemeriksaan tes PCR. Batasan tarif tersebut berlaku untuk masyarakat yang melakukan pemeriksaan PCR atas permintaan sendiri atau mandiri.

Lantas, menyorot polemik harga tes PCR, siapa pihak yang paling diuntungkan di balik margin harga tinggi tes PCR selama ini? Kenapa selisih harga tes PCR di Indonesia bisa sampai 4 x hingga 6 x jika dibandingkan dengan harga di India? Siapa yang diuntungkan?

Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, kami nanti akan berdiskusi dengan beberapa narasumber, yakni: dr. Pandu Riono (Juru Wabah/Ahli Epidemiologi Universitas Indonesia); Agus Pambagio (Pengamat Kebijakan Publik); dan Alvin Lie (Pengamat penerbangan). (her/ yes/ ao)

Dengarkan podcast diskusinya: