Ketika Isu PKI Muncul Jelang 30 September: Itu Tanda Kehati-hatian atau Phobia Berlebihan?

PKI
ilustrasi/pikiran-rakyat.com

Semarang, Idola 92.6 FM – Mantan Panglima TNI Jenderal (purn) Gatot Nurmantyo seolah punya agenda rutin jelang tanggal 30 September. Yakni, mengangkat isu kebangkitan Partai Komunis Indonesia (PKI) atau bahaya komunisme. Terbaru, kini Gatot melempar tudingan soal penyusupan komunisme ke tubuh TNI.

Sebelumnya, saat Gatot pernah menghubungkan perintahnya untuk menggelar acara nonton bareng film ‘Pengkhianatan G30S/PKI’ di institusi TNI pada 2017 dengan pemecatan dirinya dari jabatan Panglima TNI. Dan, kini, Gatot menyebut ada paham komunis yang menyusup ke tubuh TNI.

Gatot menyebut, salah satu indikasi penyusupan itu yakni hilangnya patung Soeharto kala menjabat Pangkostrad, Jenderal (Purn) Abdul Haris (AH) Nasution, dan Letjen Sarwo Edhie Wibowo dari Museum Dharma Bakti, yang terletak di area Markas Kostrad, Jakarta Pusat.

Pernyataan Gatot itu pun menulai reaksi dari sejumlah kalangan. Salah satunya, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto. Hadi mengaku enggan terlibat dalam polemik isu komunis di TNI yang dikaitkan dengan hilangnya patung para tokoh militer terdahulu dari Markas Kostrad, Gambir, Jakarta Pusat. Hadi menilai isu tersebut tak dapat dibuktikan secara ilmiah. Pihak Kostrad pun sudah mengklarifikasi soal latar belakang patung para tokoh TNI kini tak lagi berada di Museum Dharma Bhakti.

Lantas, melihat fenomena ini, kenapa setiap menjelang tanggal 30 september, isu-isu lama seputar PKI muncul kembali? Apakah itu tanda kehati-hatian, atau besarnya phobia yang menghantui masyarakat kita? Bagaimana memutus dan memupus isu lama yang sudah bisa dibilang basi itu?

Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, radio Idola Semarang berdiskusi dengan beberapa narasumber, yakni: Prof Wasino (Sejarawan dari Universitas Negeri Semarang (Unnes)); Letjen (Purn) Kiki Syahnakri (Ketua Umum PP TNI AD); dan Prof Abdul Mu’ti (Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah). (her/ yes/ ao)

Dengarkan podcast diskusinya: