Kota Semarang Patut Menjadi Inspirasi Moderasi Beragama di Indonesia

Panggung Demokrasi
Panggung Demokrasi "Inspirasi Moderasi Beragama." (Photo: Randang Yesha)

Semarang, Idola 92.6 FM – Kalangan tokoh agama, akademisi, hingga budayawan sepakat bahwa Kota Semarang memang patut menjadi inspirasi moderasi beragama di Indonesia. Maka, tak berlebihan jika baru-baru ini Pemkot Semarang juga mendapat pengakuan dari Kementerian Agama berupa Harmoni Award 2020.

Demikian salah satu sari yang mengemuka dalam diskusi Panggung Demokrasi bertema“Inspirasi Moderasi Beragama: Dari Semarang untuk Indonesia” yang digelar Kesbangpol Kota Semarang bekerja sama dengan radio Idola Semarang, Kamis (10/06) pagi di hotel Grasia Semarang.

Beberapa pejabat, tokoh, pemuka agama, dan akademisi menjadi narasumber dalam acara yang juga digelar secara daring melalui zoom meeting itu, yakni: KH Taslim Shahlan (Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Provinsi Jawa Tengah), Dr. HM. Mukhsin Jamil (Wakil Rektor UIN Walisongo Semarang), Romo Aloysius Budi Purnomo (Budayawan), dan Abdul Haris-Kepala Kesbangpol Kota Semarang. Sebagai Keynote Speech (pembicara kunci) Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi. Acara dipandu penyiar radio Idola, Nadia Ardiwinata.

Budayawan Romo Aloysius Budi Purnomo mengungkapkan, selama ada di Kota Semarang, sejak 2004, Kota Semarang memang istimewa dari sisi empiris harmoni. “Selama 17 tahun di tinggal di sini, saya mengalami momen-momen repetitif terjadi sebagai penopang harmoni,” kata Romo Budi—panggilan akrab Romo Aloysius Budi Purnomo.

Menurut Romo Budi, kalau membicarakan tentang inspirasi moderasi hidup beragama yang rukun dan damai di Kota Semarang, tidak melulu berupa konsep teori. Tetapi memang jadi praksis dan gerakan yang sangat empiris.

Ia mencontohkan, Dugderan yang menjadi agenda tahunan Kota Semarang dalam menyongsong bulan Ramadan bagi kaum muslim. Romo Budi menyebutnya sebagai momen yang rahmatal lil alamin. Meski itu diperingati oleh umat Islam, tapi seluruh warga Kota Semarang dari beragam agama turut terlibat.

Contoh lain, ada pawai Ogoh-ogoh bagi umat Hindu di Kota Semarang menjelang Hari Nyepi. Bagi Konghucu ada pula arak-arakan memperingati kedatangan Laksamana Cheng Ho di Kota Semarang. Selain itu, bagi umat Kristiani juga ada Karnaval Paskah.

Panggung Demokrasi
Panggung Demokrasi “Inspirasi Moderasi Beragama.” (Photo: Randang Yesha)

“Nah, ini tidak ada di tempat lain. Maka, kalau Semarang mendapat award dalam konteks harmoni, itu sewajarnya. Dan, saya bersyukur, itu terjadi di Kota Semarang. Layak dan sepantasnya,” ujar Romo yang juga piawai memainkan alat musik saxophone ini.

-Sebelumnya, upaya Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang dalam menjaga keberagaman dan kerukunan umat beragama di Ibu Kota Jawa Tengah mendapat apresiasi dari Kementerian Agama Republik Indonesia. Dalam peringatan Hari Amal Bhakti (HAB) ke-75, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas menganugerahkan Harmony Award kepada Pemkot Semarang dan FKUB Kota Semarang.

Tiga Kunci Semarang Mendapat Penghargaan Harmoni

Sementara itu, Wakil Rektor UIN Walisongo Semarang Dr. HM. Mukhsin Jamil menyebut, ada 3 faktor kunci yang membuat harmoni dan kerukunan umat beragama dapat terjalin bagus di Kota Semarang. Tiga faktor itu yakni, faktor kultural, faktor institusional, dan faktor struktural.

Mukhsin Jamil menjelaskan, pertama, faktor kultural. Dari sisi historis sudah tumbuh sejak dahulu, masyarakat dibiasakan dengan multi cultural, melalui khasanah kebudayaan. Kedua, dari aspek intitusional. Kota Semarang memiliki berbagai institusi, bukan organisasi, yang berada di tengah-tengah masyarakat kita. Misalnya, Semawis, forum-forum bersama seperti FKUB, dan sebagainya.

“Ini memberi kontribusi besar bagi penguatan harmoni sosial,” ujar Mukhsin Jamil–akademisi yang juga concern pada isu-isu konflik antaragama.

Mukhsin Jamil melanjutkan, faktor ketiga, struktural. Adanya ketersediaan struktur, sistem kekuasaan/ pemerintahan beserta regulasinya memback-up faktor-faktor kultural dan institusional. “Makanya, kita beruntung ada FKUB di Kota Semarang. Institusi seperti FKUB ini penting dalam berperan menciptakan kerukunan antarumat beragama,” tuturnya.

Menurut Mukhsin Jamil, tiga faktor tersebut menjadi hal yang berharga bagi Kota Semarang. “Ketiga hal itu bisa dipelajari dan diajarkan di daerah lain,” tegasnya.

Pentingnya Dialog dan Budaya Menyapa Antarumat Beragama

Sementara, Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Provinsi Jawa Tengah KH Taslim Shahlan, menuturkan, pentingnya dialog dan budaya menyapa di antara pemeluk umat beragama. Itu menjadi cermin harmoni kerukunan antar umat beragama. Dan, itu terus dilakukan FKUB.

Menurut Taslim, FKUB selalu melakukan pola mendatangi pemuka dan tokoh agama di berbagai daerah di kabupaten/ kota di Jateng. Hal itu membawa pesan: mengajak antar umat beragama terus menguatkan kedewasaan beragama, memupuk soliditas di antara umat yang berbeda, menguatkan solidaritas, dan menguatkan integritas masing-masing.

“Integritas ini sangat penting, saya mencontohkan, tokoh agama yang hadir di forum ini memiliki integritas 24 karat: mereka menjadi perekat bukan penyekat, menjadi pemersatu bukan saling berseteru,” ujarnya.

Semarang Milik Bersama

Sementara itu, Kepala Kesbangpol Kota Semarang Abdul Haris menambahkan, Pemkot Semarang tidak banyak teori dalam upaya mewujudkan kerukunan umat beragama di Kota Semarang. “Kami langsung melakukan action atau tindakan nyata Misalnya, setiap ada peringatan hari besar agama Pak Wali (Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi-Red) langsung menindaklanjuti dengan menyapa dan mendatangi kegiatan-kegiatan keagamaan yang sedang berlangsung bersama Forkopimda,” ujarnya.

Selain itu, Pemkot Semarang juga terus mendorong umat agama lain saling menghargai dan menghormati umat agama lain. Misalnya, meminta kalangan GP Anshor untuk menjaga perayaan Natal umat Kristiani. Sehingga antaragam dan institusi saling nyengkuyung harmoni kerukunan antar umat beragama di Kota Semarang. “Action langsung dilakukan pemimpin, tidak hanya lips,” tuturnya.

Senada, Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi dalam pidato kunci yang dibacakan pejabat Pemkot Semarang sebelum diskusi dimulai, mengajak warga untuk bersama-sama menjaga kota Semarang kita cintai ini agar benar-benar menjadi kota yang kondusif, ramah bagi semuanya. “Pada saatnya Kota Semarang akan menjadi kota yang semakin hebat,” kata Hendi.

Hendi berpesan, jangan pernah ada yang merasa bahwa Kota Semarang milik satu atau dua ormas atau elemen masyarakat tertentu. Semarang adalah milik bersama. “Kita semua bergerak bersama, membangun dan menjaga stabilitas Kota Semarang,” ujarnya.

Menurut Hendi, semua warga punya tugas dan kewajiban yang sama untuk menjadikan Kota Semarang semakin hebat. Maka, ia berharap, acara yang digagas Kesbangpol Kota Semarang ini tidak sekadar formalitas. “Namun, harus diniatkan agar bisa lebih efektif sebagai media untuk mensosialisasikan ilmu dan pengetahuan, khususnya terkait dengan pendidikan politik dan kebangsaan,” tandasnya. (her)

Video Full Event Panggung Demokrasi “Inspirasi Moderasi Beragama”