Memperkuat Moderasi Beragama di Indonesia

Memperkuat Moderasi Beragama

Semarang, Idola 92.6 FM – Indonesia ibarat kain tenun yang dirajut dari beragam warna-warni benang. Sehingga kita memiliki beragam suku, agama, ras, dan budaya. Keberagaman tersebut, pada satu sisi, merupakan kekuatan yang dimiliki Indonesia.

Namun di sisi yang lain, dinamika ekspresi keberagamaan di era demokrasi ini terkadang berpotensi memunculkan ketegangan dan konflik antar masyarakat, antar umat beragama atau bahkan dalam internal umat beragama. Oleh karena itu, diperlukan moderasi, salah satunya adalah moderasi beragama untuk menjaga keharmonisan bangsa.

Dalam sambutannya di acara Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) di Indonesia, Wakil Presiden K. H. Ma’ruf Amin mengatakan, “Moderasi beragama sesungguhnya merupakan kunci terciptanya toleransi dan kerukunan, baik di tingkat lokal, nasional, maupun global. Moderasi merupakan kebajikan yang mendorong terciptanya harmoni sosial dan keseimbangan dalam kehidupan secara personal, keluarga, dan masyarakat.”

Lebih lanjut Wapres menyampaikan, moderasi dapat diukur dalam empat indikator, yaitu: toleransi, anti kekerasan, komitmen kebangsaan, serta pemahaman dan perilaku beragama yang akomodatif terhadap budaya local, mengingat bangsa Indonesia yang multi-kultural dan multi-agama.

Untuk itu, keempat indikator tersebut harus selalu dijaga dan dilaksanakan oleh seluruh elemen masyarakat, sebagai upaya untuk menciptakan kerukunan berbangsa dan bernegara yang berkelanjutan.

Lantas, mengingat begitu pentingnya moderasi beragama, bagaimana cara memperkuat moderasi beragama? Upaya apa saja yang mesti dilakukan? Serta, siapa saja yang mesti terlibat?

Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, radio Idola Semarang berdiskusi dengan beberapa narasumber, yakni: Prof Komaruddin Hidayat (Rektor Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII); DR. H. M. Muhsin Jamil M.Ag (Wakil Rektor UIN Walisongo Semarang); dan Dr. Fauzan, M.Pd, Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). (her/ andi odang)

Dengarkan podcast diskusinya: