Mengenal Taman Keabadian Edelweiss di Pasuruan Bersama Teguh Wibowo

Teguh Wibowo
Teguh Wibowo Ketua Kelompok Tani Hulun Hyang Desa Wonokitri Kecamatan Tosari Kabupaten Pasuruan Jawa Timur. (photo dok Teguh)
Ikuti Kami di Google News

Semarang, Idola 92.6 FM – Bersama kelompok Tani Hulun Hyang di Desa Wonokitri Kecamatan Tosari Kabupaten Pasuruan Jawa Timur, Teguh Wibowo mengembangkan tanaman edelweiss melalui Taman Keabadian Edelweiss. Bagi suku Tengger (suku yang ada di wilayah Gunung Bromo), Edelweiss tidak hanya berarti sebagai bunga saja, tapi juga dibutuhkan untuk ritual.

Menurut Teguh Wibowo, Ketua Kelompok Tani Hulun Hyang, ada tiga tujuan dicapai sekaligus yakni konservasi alam, budaya, dan pemberdayaan masyarakat. Kegiatan konservasi ini berawal pada 2017. Kala itu, ada percobaan penanaman edelweiss di Wonokitri yang sekaligus menjadi program Desa Edelweiss oleh Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BBTNBTS).

Seiring berjalannya waktu, awal November 2018 lalu, desa wisata berkonsep taman Edelweiss yang diklaim pertama di Indonesia itu, diresmikan. Taman ini merupakan bagian dari kawasan penyangga Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS).

Saat ini ada 26 orang yang ikut mengelola taman Edelweiss di lahan seluas 1.196 meter persegi. Bahkan tempat ini dinobatkan sebagai tempat pembudiyaan resmi Edelweis yang pertama di Indonesia. Untuk menikmati indahnya Edelweiss di hamparan taman tersebut, pengunjung tinggal merogoh kocek antara Rp10.000-Rp100.000 per orang, tergantung paket yang diminati. Ada paket santai hanya untuk foto-foto sambil minum teh/kopi, paket edukasi, atau paket lengkap sekalian memetik bunga untuk dirangkai dan bisa dibawa pulang. Asik kan?

Selengkapnya, Mengenal Taman Keabadian Edelweiss, berikut ini wawancara radio Idola Semarang bersama Teguh Wibowo, Ketua kelompok Tani Hulun Hyang yang mengelola tempat budidaya dan taman edelweiss di Wonokitri Pasuruan. (yes/her)

Dengarkan podcast wawancaranya:

Artikel sebelumnyaPolda Jateng Siap Laksanakan PPKM Darurat
Artikel selanjutnyaRSDC di Solo Butuh Pasokan Oksigen