Tiga Daerah di Jateng Jadi Fokus Penanganan COVID-19

Tes Antigen
Petugas kesehatan melakukan tes Antigen kepada para pemudik.

Semarang, Idola 92,6 FM – Dinas Kesehatan Jawa Tengah akan memberikan perhatian lebih kepada tiga daerah, yang saat ini sedang terjadi peningkatan kasus COVID-19 karena munculnya klaster baru. Ketiga daerah itu adalah Kabupaten Kudus, Kendal dan Cilacap.

Kepala Dinas Kesehatan Jateng Yulianto Prabowo mengatakan kasus penularan yang terjadi di Kabupaten Kudus, berasal dari klaster keluarga dan muncul karena ketidaktaatan pada protokol kesehatan. Pernyataan itu dikatakan Yulianto usai mengikuti rapat evaluasi penanganan COVID-19 di kantor gubernuran, Senin (24/5) sore.

Yulianto menjelaskan, ketidaktaatan yang terjadi di Kudus kebanyakan karena melalaikan pemakaian masker dan saling berkumpul disertai makan bersama. Tidak hanya di rumah, tetapi juga di rumah makan atau restoran. Oleh karena itu, tanpa sadar terpapar COVID-19.

Menurut Yulianto, untuk di Cilacap dan Kendal memiliki perbedaan klaster. Klaster yang terjadi di Cilacap adalah penularan di RSUD Cilacap dari tenaga kesehatan, karena tengah menangani Anak Buah Kapal (ABK) asal Filipina karena positif terinveksi COVID-19 varian baru. Sedangkan di Kendal, berasal dari klaster lembaga pemasyarakatan (lapas) setempat.

“Kudus, Kendal sama Cilacap. Walaupun memang problematikanya berbeda-beda, ya sebenarnya hampir sama prinsipnya. Testing, tracing dan treatment. Cuma karena varian baru, jadi spradingnya atau penyebarannya lebih cepat. Maka kita harus betul-betul ketat. Perilaku virus ini juga sudah terdeteksi seperti itu. Jadi, memang tingkat penularannya cukup masif dan cepat,” kata Yulianto.

Lebih lanjut Yulianto menjelaskan, hingga pekan ke-20 tahun ini terjadi tren peningkatan kasus harian akibat liburan atau nekat mudik meski sudah ada imbauan tidak boleh melakukan perjalanan ke kampung halaman. Klaster keluarga menempati urutan pertama dengan persentase 62,4 persen, lapas 18,7 persen dan klaster agama 11,5 persen.

“Kita minta masyarakat tidak abai dengan protokol kesehatan, karena dikhawatirkan dua minggu setelah Lebaran ada tren peningkatan kasus COVID-19. Oleh karena itu, kita butuh partisipasi masyarakat untuk saling menjaga,” pungkasnya. (Bud)