Bagaimana mengkampanyekan kesadaran bahwa apapun agamanya, kita adalah saudara sesama manusia?

Saudara sesama manusia
Ilustrasi/Istimewa

Semarang, Idola 92.6 FM – Tokoh-tokoh agama memiliki kontribusi besar dalam menyelesaikan berbagai masalah nasional dan global. Peran tersebut harus diperkuat agar agama bisa menjadi pemersatu dunia sekaligus mewariskan kebaikan bagi generasi mendatang.

Dalam Forum G-20 Religion Forum atau R20 yang berlangsung di Nusa Dua, Bali, Rabu 2 November lalu, semua pemimpin agama di dunia berkomitmen membangun gerakan baru untuk masa depan yang lebih damai dan lebih mulia bagi peradaban umat manusia.

Membicarakan perdamaian, kehidupan manusia, dan agama, mengingatkan kita pada sosok pemimpin Tibet Dalai Lama yang juga penerima Nobel Perdamaian pada tahun 1989. Sebagai pemimpin Tibet terkemuka dan dianggap oleh mayoritas orang sebagai tonggak utama perlawanan Tibet, Dalai Lama menjadi sosok yang dihormati dan dikagumi. Bahkan, ia dijuluki sebagai pewaris spiritual Mahatma Gandhi. Tak heran banyak pemikirannya yang luar biasa dalam memandang fenomena kehidupan manusia.

Dalai lama tak pernah mengkampanyekan soal agama. Namun, ketika dia diwawancara media atau orang-orang, kata-kata ini selalu muncul. “Aku melihat kamu bukan agamamu namun aku melihatmu sebagai saudara sesama manusia.”

Salah satu quotes Dalai Lama yang menyentuh hati perihal pendapatnya tentang agama. Menurutnya, seluruh tujuan agama adalah untuk memfasilitasi cinta dan kasih sayang, kesabaran, toleransi, kerendahan hati, dan pengampunan. Bahkan menurutnya, manusia sebenarnya bisa hidup tanpa agama dan meditasi, tetapi tidak dapat bertahan tanpa kasih sayang dari sesama manusia.

Lalu, bagaimana memperkuat peran tokoh agama dalam menyelesaikan permasalahan dunia? Bagaimana pula mengkampanyekan kesadaran bahwa apapun agamanya, kita adalah saudara sesama manusia?

Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, kami nanti akan berdiskusi dengan narasumber, di antaranya: Prof Dr H M. Mukhsin Jamil, M.Ag (Guru Besar Ilmu Pemikiran Islam UIN Walisongo Semarang), Romo Aloysius Budi Purnomo (Rohaniwan/ Budayawan), dan Dr Saifur Rohman (Ahli Filsafat dan Budayawan dari Universitas Negeri Jakarta). (her/yes/ao)

Simak podcast diskusinya: