Bagaimana Strategi dan Solusi agar Persoalan Pangan Betul-betul Bisa Kita Tuntaskan?

Minyak Goreng Kosong
photo/ISTIMEWA

Semarang, Idola 92.6 FM – Persoalan kelangkaan bahan pangan pokok yang memicu kenaikan harga dan antrean panjang warga, khususnya pembeli minyak goreng, masih terjadi di mana-mana hingga saat ini. Dan kita belum tahu, akan sampai kapan, kelangkaan minyak ini berakhir.

Publik berharap, Pemerintah bisa segera mengatasi persoalan ini agar tidak berlarut-larut. Mengingat dalam waktu dekat, kita akan segera memasuki salah satu momentum, bulan Ramadan dan Lebaran—dimana selalu terjadi gejolak kenaikan harga. Maka, bisa dibayangkan, kenaikan harga bahan kebutuhan pokok bisa terjadi berkali-kali lipat, jika persoalan kelangkaan pangan tidak mampu segera diatasi.

Dan, kita ketahui bersama, menyikapi persoalan ini, Kementerian Perdagangan seolah hanya melempar kemungkinan-kemungkinan solusi tanpa kepastian, terkait pemicu kelangkaan pangan yang terjadi. Setelah sebelumnya, menganggap warga mengalami panic buying sehingga dicurigai menimbun minyak goreng–yang terakhir, Kemendag menduga adanya kebocoran pasokan minyak goreng ke luar negeri.

Lantas, menyikapi persoalan pangan yang terjadi, apa strategi dan solusi yang diperlukan agar tidak sekedar “tebak-tebak buah manggis?” Apa solusi pasti dalam mengatasi persoalan pengan ini, agar bisa betul-betul kita tuntaskan? Bagaimana cara mengantisipasi agar kita tak seperti pepatah, “tikus mati di lumbung padi”? –mengingat Indonesia merupakan penghasil minyak sawit mentah (CPO) terbesar di dunia namun justru mengalami kelangkaan minyak goreng?

Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, radio Idola Semarang berdiskusi dengan narasumber, di antaranya: Prof Darsono (Pengamat Pertanian Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta juga menjabat sebagai Rektor Universitas Muria Kudus (UMK)); Rahma Gafmi (Pengamat Ekonomi dari Universitas Airlangga (Unair) Surabaya); dan Nevi Zuairina (Anggota Komisi VI DPR RI dari Fraksi PKS). (her/yes/ao)

Dengarkan podcast diskusinya: