Ketika kini anak muda lebih suka “pemimpin jujur dan antikorupsi” daripada “pemimpin merakyat dan sederhana”, ini mengindikasikan apa?

Bohong Lagi Bohong Lagi
Ilustrasi/Istimewa

Semarang, Idola 92.6 FM – Hasil survei Centre for Strategic and International Studies (CSIS) menemukan adanya perubahan karakteristik pemilih muda (usia 17-39 tahun) pada Pemilu 2024 mendatang.

Kepala Departemen Politik dan Perubahan Sosial CSIS Arya Fernandes mengatakan, pemilih muda kini lebih suka profil pemimpin yang jujur dan antikorupsi. Karakteristik tersebut berbeda dengan sikap pemilih muda pada dua pemilu terakhir, yang lebih suka pemimpin yang merakyat dan sederhana.

Berdasarkan rilis survei terbaru CSIS, jujur dan tidak korupsi, menempati posisi teratas dengan angka 34,8 persen dalam kategori karakteristik pemimpin yang paling dibutuhkan pada 2024 mendatang. Adapun karakter merakyat dan sederhana berada di peringkat kedua dengan 15,9 persen. Ketegasan atau wibawa menyusul di bawahnya, dengan catatan 12,4 persen, diikuti kinerja saat memimpin, pengalaman memimpin, hingga kecakapan memimpin.

Jujur vs Pendusta
Jujur vs Pendusta. (Ilustrasi/Istimewa)

Munculnya karakter pemimpin bersih dan antikorupsi tak terlepas dari bagaimana mereka melihat masa depan, terutama di isu strategis kesehatan, ketenagakerjaan, dan perekonomian—yang sangat ditentukan oleh pemimpin jujur dan bersih. Dari kajian CSIS, mereka berharap pemimpin yang berintegritas bisa mewujudkan asa mereka di masa depan, mulai dari soal pembukaan kesempatan pekerjaan hingga peningkatan kesejahteraan.

Kalau hasil survei CSIS menunjukkan bahwa “pemimpin yang jujur dan antikorupsi” lebih disukai daripada pemimpin “yang merakyat dan sederhana”, apakah ini mengindikasikan terjadinya “shifting” atau pergeseran espektasi masyarakat secara umum terhadap profil seorang pemimpin atau hanya tren di kalangan anak muda yang sudah bosan terhadap berbagai “drama” dari para pemimpin yang “bertopeng” sok merakyat dan pro rakyat?

Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, radio Idola Semarang berdiskusi dengan narasumber, di antaranya: Arya Fernandes (Kepala Departemen Politik dan Perubahan Sosial Centre for Strategic and International Studies (CSIS)), Wasisto Raharjo Jati (Peneliti di Pusat Riset Politik – Badan Riset dan Inovasi Nasional (PRP – BRIN)), dan Ahmad Fathul Bari (Wasekjen DPP PKS/Juru Bicara PKS). (her/yes/ao)

Simak podcast diskusinya:

Artikel sebelumnyaDorong Literasi Keuangan,  BI Jateng Gelar Program Sembako Serupiah
Artikel selanjutnyaLebih Dari 12 Ribu Orang Daftar Sebagai Panwaslu Kecamatan