Semarang, Idola 92.6 FM – Presiden RI Joko Widodo baru-baru ini mengungkapkan bahwa negara-negara di Asia Tenggara atau ASEAN sepakat untuk membangun ekosistem mobil listrik. Hal tersebut menjadi salah satu kesimpulan penting yang disepakati para pemimpin negara dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke-42 di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT) yang digelar 9-11 Mei 2023.
Presiden menyebutkan, pembangunan ekosistem mobil listrik bakal menjadi modal penguatan ekonomi di Kawasan. Negara-negara di ASEAN memiliki tujuan untuk bisa masuk ke rantai pasok kendaraan listrik dunia. Sebab, negara-negara ASEAN memiliki kelebihan dan potensi untuk membentuk ekosistem kendaraan listrik dan jadi pemain global.
Sementara, menurut Menteri Koordinator Perekonomian RI Airlangga Hartarto, saat ini ada dua negara dengan porsi produksi otomotif besar di ASEAN, yaitu Indonesia dan Thailand. Kedua negara tersebut juga mulai mengalihkan produksi otomotif menjadi kendaraan listrik. Khusus untuk baterai, Indonesia memiliki cadangan bahan baku baterai kendaraan listrik dalam jumlah yang besar. Di samping itu, bahan baku baterai di negara-negara ASEAN lain juga masih bisa dikembangkan.
Lalu, ketika ASEAN bertekad menjadi ekosistem kendaraan listrik (Electric Vehicle); apa saja aspek-aspek Competitive Advantage yang menjadi modal dasarnya, selain Nikel?
Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, radio Idola Semarang berdiskusi dengan beberapa narasumber, yakni: Fabby Tumiwa (Direktur eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Jakarta) dan Prof Mochamad Ashari (Rektor Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya).ย (her/yes/ao)
Simak podcast diskusinya: