Bagaimana agar Demokrasi dan Reformasi yang Sudah Berjalan Tidak Semakin Buruk?

Dinasti Solo
Dinasti Jokowi. (Ilustrasi/Tempo)

Semarang, Idola 92.6 FM – Guru Besar Filsafat Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Romo Magnis Suseno baru-baru ini menyinggung soal kondisi demokrasi Indonesia yang kian merosot menjadi oligarki dan dinasti politik.

Hal tersebut disampaikannya saat berbicara pada acara Gagas RI Episode 5 yang bertajuk Etika Indonesia dalam Tantangan, pada hari Senin (23/10) lalu. Romo Magnis menyinggung soal kekhawatirannya dengan kondisi demokrasi di Indonesia. Padahal, demokrasi saat ini merupakan buah dari gerakan reformasi pada 25 tahun lalu.

Menurut Romo, demokrasi kita merosot menjadi oligarki dan dinasti. Selain itu, kita juga masih menghadapi persoalan korupsi. Berdasarkan data yang dicatatnya dalam 20 tahun terakhir, ada 13 menteri tersangkut kasus korupsi. Selain itu, ada pula 429 kepala daerah, 344 anggota DPR dan DPRD hingga 349 pejabat eselon I hingga IV yang juga tersangkut kasus korupsi.

Lalu, apa sesungguhnya yang terjadi dalam masa Reformasi—sehingga mengakibatkan tatanan demokrasi dan pemerintahan Indonesia menjadi seperti sekarang ini? Bagaimana agar demokrasi dan reformasi yang sudah berjalan tidak semakin buruk? Bagaimana agar Pemilu 2024 menjadi momentum untuk memperbaiki konsolidasi demokrasi kita?

Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, radio Idola Semarang berdiskusi dengan narasumber, yakni Peneliti pada Pusat Riset Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (PRP-BRIN), Wasisto Raharjo Jati. (her/yes/ao)

Simak podcast diskusinya: