Bagaimana Mengharmonisasikan Antara Pertumbuhan Ekonomi dan Lingkungan demi Pembangunan Berkelanjutan?

Sustainable Development
Ilustrasi/Istimewa

Semarang, Idola 92.6 FM – Dalam perspektif pembangunan berkelanjutan (sustainable development), Indonesia berada di persimpangan jalan. Di satu sisi; kita mesti meningkatkan pembangunan dan pemanfaatan sumber daya alam untuk menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, menciptakan lapangan kerja, serta menyejahterakan rakyat secara adil dan berkelanjutan.

Di sisi lain, kerusakan lingkungan berupa pencemaran, penggundulan hutan, kebakaran hutan dan lahan, banjir, tanah longsor, erosi, penurunan permukaan tanah (land subsidence), overfishing, biodiversity loss, kerusakan ekosistem terumbu karang dan mangrove di beberapa wilayah telah mencapai bahkan melampaui kapasitas keberlanjutan lingkungannya.

Jim  Collins, dalam bukunya, mengemukakan konsep “tyranny of the or” dan “genius of the and”. “Tyranny of the or” merujuk pada kecenderungan kita untuk memandang suatu pilihan sebagai saling bertentangan dan hanya memilih salah satunya. Contohnya, kita mungkin berpikir bahwa sebuah negara harus memilih antara fokus pada pembangunan lingkungan hidup, sustainability; atau mempercepat pembangunan ekonomi demi mengentaskan kemiskinan. Namun, menurut Collins, pandangan ini terbatas, dan dapat membuat sebuah negara kehilangan potensi untuk mencapai kedua hal tersebut.

Sementara itu, “genius of the and” adalah kemampuan untuk memadukan dua pilihan yang sebelumnya dianggap bertentangan itu menjadi satu kesatuan yang lebih baik. Dengan cara ini, negara dapat mencapai lebih dari satu tujuan secara bersamaan, di mana negara bisa mempercepat pembangunan ekonomi, tetapi pada saat yang sama juga sangat memperkuat daya dukung lingkungan.

Maka, bagaimana mengharmonisasikan kedua hal yang bersimpangan itu? Mungkinkah isu krusial ini dijadikan semacam “kontrak sosial” agar siapapun yang nantinya terpilih sebagai Presiden pada 2024, akan menjadikan isu tersebut sebagai pedoman? Apakah terlalu utopis kalau kita berharap presiden/ pemerintahan yang baru nanti adalah seorang the Genius of the And? Apakah secara teknokrasi, tantangan persimpangan tersebut di luar kemampuan kita? Atau hanya kurangnya political will saja?

Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, radio Idola Semarang berdiskusi dengan narasumber, yakni: Prof Budi Widianarko (Dosen Program Doktoral Ilmu Lingkungan Unika Soegijapranata Semarang dan Anggota Dewan Pertimbangan Pembangunan Kota (DP2K) Semarang), Rachman Kurniawan (Manajer Pilar Pembangunan Lingkungan, Sekretariat Koordinasi Nasional SDGs, Kementerian PPN/Bappenas), dan drh. Slamet (Anggota komisi IV DPR RI dari Fraksi PKS). (her/yes/ao)

Simak podcast diskusinya: