Literasi Warga Indonesia Rendah: Apa Upaya yang Bisa Menjadi Insentif bagi Tumbuhnya Literasi?

Literasi
Ilustrasi/Istimewa

Semarang, Idola 92.6 FM – Berdasarkan data UNESCO, Indonesia menempati urutan kedua dari bawah soal literasi dunia. Artinya, minat baca masyarakatnya sangat rendah. Minat baca masyarakat Indonesia terhitung memprihatinkan, hanya 0,001%. Artinya, dari 1.000 orang Indonesia, cuma 1 orang yang rajin membaca.

Riset berbeda bertajuk World’s Most Literate Nations Ranked yang dilakukan oleh Central Connecticut State Univesity pada Maret 2016 itu, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca, persis berada di bawah Thailand (59) dan di atas Bostwana (61). Padahal, dari segi infrastuktur untuk mendukung kegiatan membaca, peringkat Indonesia berada di atas negara-negara Eropa.

Atas kondisi itu, Pemerintah pun baru-baru merespons rendahnya literasi kita. Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Prof Endang Aminudin Aziz mengkritisi data tersebut lantaran tak semuanya dapat diterima. Meski demikian, dia mengatakan, data tersebut bisa dipakai untuk pembelajaran agar meningkatkan kualitas literasi penduduk. Pembelajarannya, kata dia, seperti perbaikan infrastruktur, sekolah, buku dan Sumber Daya Manusia yang saling terkait.

Menurut Aminudin Aziz, kondisi literasi kita memang darurat tapi sebenarnya tidak sedarurat itu. Karena kita mempunyai anak sekolah di jenjang yang berbeda dan situasi yang berbeda.

Lalu, ketika literasi warga Indonesia saat ini masih rendah: secara nasional, apa upaya yang bisa menjadi insentif bagi tumbuhnya literasi? Terobosan apa yang bisa dilakukan untuk menguatkan fondasi literasi bagi anak-anak kita? Apa yang mendesak segera dilakukan dalam rangka menjemput Indonesia Maju 2045?

Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, radio Idola Semarang berdiskusi dengan narasumber, yakni: , Prof Endang Aminudin Aziz (Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi RI dan Dr Jejen Musfah, M.A (Pengamat Pendidikan/ Wasekjen PB PGRI). (her/yes/ao)

Simak podcast diskusinya: