Mengenal Museum Virtual Ahmad Tohari bersama Abdul Aziz Rasjid

Kegiatan riset observasi dan kurasi arsip
Kegiatan riset, observasi, dan kurasi arsip di kediaman Ahmad Tohari, Desa Tinggarjaya, Kecamatan Patikraja, Kabupaten Banyumas. (Dok Azis)

Banyumas, Idola 92.6 FM – Siapa yang tak kenal Ahmad Tohari. Sastrawan dan budayawan terkemuka Indonesia asal Banyumas Jawa Tengah. Karya monumentalnya, novel Ronggeng Dukuh Paruk, sudah diterbitkan dalam berbagai bahasa dan diangkat dalam film layar lebar berjudul Sang Penari.

Pada tahun 1977, sebuah cerita pendek yang ditulis oleh Ahmad Tohari memperoleh Hadiah Harapan Sayembara Kincir Emas Radio Nederlands Wereldomroep. Judul cerita pendeknya yaitu Jasa-jasa buat Sanwirya. Lalu, pada tahun 1980, novel karangannya yang berjudul Kubah memenangkan hadiah Yayasan Buku Utama. Selanjutnya, tiga novelnya yang berjudul Ronggeng Dukuh Paruk (1982), Lintang Kemukus Dini Hari (1985), dan Jentera Bianglala (1986) meraih hadiah Yayasan Buku Utama tahun 1986.

Novelnya yang berjudul Di Kaki Bukit Cibalak (1986) juga menjadi pemenang salah satu hadiah Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta tahun 1979. Pada tahun 1995 lelaki kelahiran 13 Juni 1948 ini menerima Hadiah Sastra Asean, SEA Write Award. Sekitar tahun 2007 Ahmad Tohari menerima Hadiah Sastra Rancage.

Ahmad Tohari adalah Maestro di bidang sastra. Ahmad Tohari adalah aset berharga bagi Indonesia. Ahmad Tohari telah masuk kategori sebagai bagian dari puncak-puncak estetika sastra Indonesia. Karya-karya sang maestro sastra asal Desa Tinggarjaya, Kecamatan Jatilawang, Kabupaten Banyumas ini memperoleh apresiasi luas baik di Indonesia maupun mancanegara.

Buku-buku karya Ahmad Tohari
Buku-buku karya Ahmad Tohari. Sastrawan dan budayawan terkemuka Indonesia asal Banyumas. (Dok Azis)

Untuk mengapresiasi sosok, karya, dan hal ihwal legenda hidup Ahmad Tohari, sekelompok seniman di Banyumas yang tergabung dalam Kolektif Seni Banyumas menginisiasi Museum Virtual Ahmad Tohari. Melalui museum tersebut, mereka Museum ini nantinya dapat diakses melalui laman museumahmadtohari.id. Pengunjung dapat melakukan tur virtual atau virtual tour untuk mengenal hidup dan proses kreatif Ahmad Tohari. Pengunjung juga dapat mengetahui secara lengkap karya, prestasi, dan apresiasi terkait maestro asal Desa Tinggarjaya Kecamatan Jatilawang, Kabupaten Banyumas Jawa Tengah ini.

Abdul Aziz Rasjid, Produser Museum Virtual Ahmad Tohari, mengatakan, di museum ini, terdapat cerita pengalaman hidup Ahmad Tohari atau biasa disapa AT ini dari masa kanak-kanak sampai usia senja. Selain itu, juga tersaji arsip-arsip milik Ahmad Tohari berupa buku, surat-surat pribadi hingga karya tulisnya.

Ada pula piagam-piagam penghargaan yang diterima sejak awal karir kepenulisan hingga saat ini. Termasuk karya alih wahana dari sastra ke film. Tujuan utamanya agar pengunjung museum dapat mengenal lebih dalam Pak Tohari sebagai maestro sastra Indonesia terutama di bidang prosa.

“Kami mencoba mengumpulkan hayat dan karya pak Ahmad Tohari dalam satu ruang virtual yang namanya Museum Virtual Ahmad Tohari. Di Museum virtual akan ada cerita pengalaman hidup Ahmad Tohari dari masa kanak sampai usia senjakala saat ini,” kata Abdul Aziz Rasjid, saat diwawancara radio Idola Semarang, pagi (20/07) tadi.

Proses pengerjaan Museum Virtual Ahmad Tohari, didukung Program Indonesiana di bidang dokumentasi karya dan pengetahuan maestro. Selain itu, juga didukung Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) serta Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Kementerian Keuangan (Kemenkeu).

Atas dedikasinya, Aziz berhasil meraih penghargaan dari Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) Kemendikbudristek RI kategori penghargaan bagi perorangan dalam acara Malam Sastra 2023, Sabtu (08/07) lalu di Kantor Badan Bahasa Rawamangun Jakarta.

Selengkapnya, berikut ini wawancara radio Idola Semarang bersama Abdul Aziz Rasjid, Produser Museum Virtual Ahmad Tohari. (yes/her)

Simak podcast wawancaranya: