Olahan Tempe Koro Bikin Mantul, Ekonomi Warga Ikut Mumbul

Seorang anggota Kelompok Berlian Progo saat menjemur kacang koro pedang.

Bantul, Idola 92,6 FM – Siang itu matahari belum terlalu tinggi, sinarnya juga belum terlalu panas.

Namun, meskipun belum terlalu panas dirasakan tapi sinar matahari itu menjadi sarana bagi masyarakat menjemur hasil panen sebelum diolah.

Termasuk, untuk menjemur kacang koro pedang yang nantinya bisa diolah menjadi berbagai macam penganan.

Tampak seorang wanita paruh baya keluar dari sebuah rumah, melewati pintu samping sambil membawa sebuah karung putih.

Cukup berat beban karung itu, sehingga harus diangkat dengan kedua tangannya.
Sampai di halaman depan, digelarnya sebuah terpal plastik menjadi semacam hamparan.

Dengan cekatan, ikatan karung putih itu dibuka dan kemudian seluruh isinya dituang ke atas terpal plastik.

Tampak seperti butir-butir putih keluar dari karung, dan langsung memenuhi seluruh permukaan terpal plastik.

Tangan wanita paruh baya itu dengan cepat segera memunguti beberapa ranting kecil atau daun maupun benda lain, yang ikut terbawa dari dalam karung tersebut.

Ya, yang barusan dituang dan dijemur wanita itu adalah kacang koro pedang.

Warga Dukuh Babakan di Desa Poncosari, Srandakan Kabupaten Bantul memanfaatkan kacang koro pedang untuk dijadikan sebagai camilan sehat kaya protein tinggi.

Adalah Winarti, Ketua Kelompok Berlian Progo mengatakan jika kacang koro pedang saat ini sedang dikembangkan di desanya untuk dijadikan sumber pendapatan keluarga.

Pengolahan kacang koro pedang datang dari Fuel Terminal Rewulu, untuk diangkat sebagai penopang ekonomi warga.

”Saya berbicara dengan beberapa ibu-ibu di sini, bagaimana soal tawaran dari Pertamina itu. Akhirnya ibu-ibu setuju, dan dimulai waktu itu 15 orang yang ikut dalam kelompok,” kata Winarti saat ditemui di rumahnya, akhir pekan kemarin.

Dua anggota Kelompok Berlian Progo mengemas produk tempe bacem olahan dari kacang koro pedang.

Menurut Winarti, tawaran dari Fuel Terminal Rewulu mulai dikerjakan pada 2022 kemarin dan baru berjalan sekira satu tahun ini.

”Yang ikut kebetulan semuanya ibu rumah tangga, dan hanya mengandalkan penghasilan dari suaminya,” ucap Winarti.

Winarti bercerita, di awal memulai usaha pengolahan kacang koro pedang bersama ibu-ibu desa masih mengandalkan pasokan bahan baku dari daerah lain.

”Awal usaha, kita masih pesan kacang koro pedang dari daerah lain yang cukup jauh jaraknya. Jadi, kita terbentur sama harga jual yang harus kita sesuaikan agar tidak mahal,” ujarnya.

Dari kendala yang ditemukan di awal produksi itu, lanjut Winarti, pihaknya berkonsultasi dengan Fuel Terminal Rewulu untuk solusi permasalahan.

Hasil konsultasi itu, kemudian disepakati untuk menggandeng kelompok tani desa setempat menanam kacang koro pedang.

Bibit kacang koro pedang diberikan Fuel Terminal Rewulu, dan kemudian ditanam di sekitar bantaran sungai desa.

”Bapak-bapak yang ikut kelompok tani kemudian kita ajak rembugan, dan mereka setuju mau menanam kacang koro pedang. Jadi, kita untuk bahan baku bisa didapat dari tempat sendiri,” jelas Winarti.

Lebih lanjut Winarti menjelaskan, ada perbedaan dalam hal pengolahan kacang koro pedang dengan kedelai untuk pembuatan tempe.

Tempe koro pedang diklaim lebih banyak gizinya, dan tempe koro tidak membuat alergi bagi yang mengonsumsi dibanding dengan tempe kedelai.

”Itu kata penelitian, kalau tempe koro pedang lebih banyak gizinya daripada tempe kedelai,” imbuh Winarti.

Sejumlah anggota Kelompok Berlian Progo memasak tempe keripik olahan kacang koro pedang.

Dari pengolahan kacang koro pedang, tidak hanya dibuat tempe keripik koro atau tempe bacem koro saja tapi juga varian makanan lainnya.

Bahkan, Winarti dan kelompoknya mampu membuat brownies dengan bahan dasar kacang koro pedang dan diakui rasanya lumayan enak.

”Untuk penjualan, sementara kita titip ke toko-toko dulu. Kami juga melayani pembelian secara online yang kita tawarkan lewat media sosial, yang paling laris dan diminati itu tempe bacem. Manisnya pas, katanya manis khas Jogja,” kata Winarti sambil tertawa.

Saat ini, Winarti bersama Kelompok Berlian Progo telah mengurus perizinan untuk usaha pengolahan koro pedang agar semakin dikenal luas di seantero Indonesia.

Mulai dari pengurusan Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT), dan sertifikat halal.

”Dengan punya dua sertifikat itu, kita lebih besar lagi jangkauannya. Tidak hanya titip di toko atau warung, tapi ke pusat oleh-oleh dan juga bisa masuk ke minimarket atau supermarket,” jelas Winarti.

Sementara itu salah satu anggota Kelompok Berlian Progo, Eister Puspitasari menyatakan jika dalam memasarkan produknya ke masyarakat selalu diselipkan edukasi tentang koro pedang.

Sebab, masih banyak masyarakat belum paham tentang tempe koro dan hanya tahu jika bahan baku tempe terbuat dari kedelai.

”Dalam setiap kali kami posting di media sosial atau ketemu dengan konsumen, kami usahakan menjelaskan dengan detil apa dan kenapa harus membeli tempe koro. Upaya itu selalu kami lakukan dan kami usahakan setiap ada kesempatan,” ujar Eister.

Eister menyebut, setiap ikut pameran ataupun bertemu banyak orang selalu memberikan penawaran terkait produk olahan kacang koro pedang.

”Yang paling banyak dipesan itu tempe bacem. Kita punya tempe bacem yang model vacuum, jadi bisa dinikmati kapan saja. Mau digoreng apa dikukus juga bisa,” jelasnya.

Setahun berjalan, usaha pengolahan kacang koro pedang mulai bisa dinikmati para anggotanya.

Eister mengaku senang, meski belum seberapa tapi setidaknya bisa pegang uang untuk jajan anak di rumah.

”Kita bisa dapatkan sedikit tambahan penghasilan. Karena juga baru berjalan setahun, kalau sudah besar dan ramai cita-cita kita bisa dapat UMR gitu,” ucapnya sambil tertawa.

Dua anggota Kelompok Berlian Progo menggoreng tempe keripik olahan dari kacang koro pedang.

Apa yang dikatakan Eister, diakui Winarti jika memang pendapatan yang diterima belum seberapa jumlahnya.

Penghitungan pendapatan yang diterima, berdasarkan hasil kerja masing-masing anggota.

”Rata-rata kita per bulan itu bisa dapat Rp500 ribuan per anggota. Tapi pembagian penghasilan itu menurut absen kehadiran dan juga hasil kerjanya. Yang paling sering datang dan paling banyak hasil kerjanya ya hasilnya juga banyak,” imbuh Winarti.

Keberadaan Kelompok Berlian Progo yang mengolah kacang koro pedang, terus diperhatikan pemerintah desa setempat perkembangannya.

Menurut Kepala Padukuhan Babakan, Agus Sriyono bahwa dengan adanya usaha pengolahan kacang koro pedang dari Kelompok Berlian Progo memang memberikan manfaat dan sedikit tambahan penghasilan bagi warga.

Kehadiran CSR dari Pertamina Fuel Terminal Rewulu kepada warganya patut diapresiasi, karena memberikan nilai tambah bagi kesejahteraan masyarakat.

”Program yang dihadirkan Pertamina ini kita padukan dengan program desa terkait alih profesi. Warga Dukuh Babakan ini mayoritas adalah penambang pasir di sungai. Penghasilan sebagai penambang pasir tidak bisa dijadikan pegangan,” jelas Agus.

Lebih lanjut Agus menjelaskan, adanya kolaborasi ibu-ibu yang memproduksi olahan kacang koro pedang dan bapak-bapak kelompok tani menanam bibit kacang koronya menjadi alternatif sumber penghasilan baru.

”Adanya usaha pengolahan kacang koro pedang ini bisa membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” ujarnya.

Agus menyebut, agar usaha pengolahan kacang koro pedang semakin berkembang akan diberikan lahan untuk pembangunan rumah produksi.

”Kita punya aset lahan desa, dan sudah dikomunikasikan dengan seluruh perangkat serta perwakilan yang ada. Semuanya setuju dan mendukung. Harapannya, produksi tempe koro bisa semakin meningkat,” harapnya.

Sementara Winarti sepakat, dengan pembuatan rumah produksi yang baru dan lebih luas akan semakin meningkatkan hasil produksi.

Harapannya, target produksi yang semakin tinggi akan berimbang dengan pendapatan penghasilan para anggota nantinya.

”Harapan kami ibu-ibu yang ikut jadi anggota Kelompok Berlian Progo bisa mendapat penghasilan setara UMR sini. Dengan penghasilan setara UMR, ibu-ibu semakin semangat berproduksi,” tutup Winarti. (Bud)