Refleksi 100 Tahun Bapak Antropolog Indonesia Prof Koentjaraningrat

Prof Koentjaraningrat
Prof Koentjaraningrat. (Photo/Istimewa)

Semarang, Idola 92.6 FM – Pendekatan antropologi bisa menjadi landasan kuat bagi banyak sektor, termasuk pembangunan. Dengan keberagaman masyarakat dan wilayahnya yang luas, Indonesia perlu mengedepankan strategi berbasis lokalitas sehingga tidak melupakan aspek sosial budaya. Demikian salah satu pemikiran Bapak Antropologi Indonesia Prof Koentjaraningrat.

Prof Koenjaraningrat merupakan seorang antropolog yang berperan besar dalam mendeskripsikan sejarah dan kebudayaan Indonesia. Atas jasanya, antropolog kelahiran Yogyakarta, 15 Juni 1923, diberi penghargaan sebagai Bapak Antropologi Indonesia oleh Lingkar Budaya Indonesia (LBI). Prof Koenjaraningrat merintis berdirinya 11 jurusan antropologi di sejumlah universitas di Tanah Air. Tak heran jika namanya kerap diidentikkan dengan antropologi.

Dalam mengembangkan jurusan antropologi di perguruan tinggi, Koentjaraningrat tak hanya bertujuan etnografi tetapi ia ikut menekankan antropologi sebagai salah satu instrumen pembangunan. Tahun ini, memasuki se Abad Prof Koenjaraningrat—Bapak Antropologi Indonesia.

Lantas, dalam konteks pembangunan saat ini, masih relevankah pemikiran Prof Koentjaraningrat? Bagaimana mengimplementasikan strategi dan pendekatan antropologi dalam Pembangunan ala Prof Koentjaraningrat?

Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, radio Idola Semarang berdiskusi dengan narasumber, yakni: Dr. Saifur Rohman (Ahli filsafat dan Budayawan Universitas Negeri Jakarta), Prof. PM Laksono, M.A (Mantan Guru Besar Antropologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta), dan Andy Bangkit, Ph.D (Dosen Udinus Semarang/mantan Associate Professor Nagoya University). (her/yes/ao)

Simak podcast diskusinya: