Mantap, Ekonomi Jateng Tumbuh 4,98 Persen di 2023

Dadang Hardiwan
Dadang Hardiwan, Kepala BPS Jateng.

Semarang, Idola 92,6 FM-BPS Jawa Tengah mencatatkan pertumbuhan ekonomi provinsi ini pada 2023 sebesar 4,98 persen, namun melambat jika dibandingkan capaian 2022 yang tumbuh 5,31 persen.

Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai lapangan usaha penyediaan akomodasi dan makan minum sebesar 11,24 persen.

Sedangkan dari sisi pengeluaran, kenaikan tertinggi dicatat komponen pengeluaran konsumsi lembaga non-profit yang melayani rumah tangga (PK-LNPRT) sebesar 7,34 persen.

Kepala BPS Jateng Dadang Hardiwan mengatakan bila dibandingkan dengan periode yang sama pada 2022, ekonomi provinsi ini
pada triwulan IV-2023 tumbuh sebesar 4,73 persen year on year (y-on-y). Hal itu disampaikan secara daring, Senin (5/2).

Menurut Dadang, dari sisi produksi pertumbuhan ekonomi Jateng didorong hampir semua lapangan usaha dengan pertumbuhan
tertinggi dicapai lapangan usaha pengadaan listrik dan gas yang tumbuh sebesar 16,25 persen.

Sementara dari sisi pengeluaran, komponen yang mengalami kenaikan paling tinggi terjadi pada komponen pengeluaran konsumsi lembaga non-profit yang melayani rumah tangga (PK-LNPRT) sebesar 12,41 persen.

Dadang menjelaskan, secara struktur maka lapangan usaha industri pengolahan mendominasi ekonomi Jateng pada tahun kemarin dengan kontribusi sebesar 34,03 persen.

Sedangkan dari sisi pengeluaran, didominasi komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga (PK-RT) dengan kontribusi sebesar 60,90 persen.

“Struktur PDRB Jawa Tengah menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku secara kumulatif, sampai dengan triwulan IV-2023 tidak menunjukkan perubahan berarti. Perekonomian Jawa Tengah masih didominasi lapangan usaha industri pengolahan sebesar 34,03 persen, diikuti perdagangan besar-eceran, reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 13,61 persen. Kemudian pertanian, kehutanan dan perikanan sebesar 13,23 persen serta konstruksi sebesar 11,22 persen,” kata Dadang.

Lebih lanjut Dadang menjelaskan, peranan keempat lapangan usaha tersebut dalam perekonomian Jateng mencapai 72,09 persen.

Sementara itu dari 17 lapangan usaha, masih terdapat dua lapangan usaha lain yang mengalami kontraksi.

“Kontraksi terdalam terjadi pada lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan yang tumbuh negatif sebesar -4,63 persen dikuti oleh lapangan usaha administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib yang mengalami kontraksi sebesar -0,49 persen,” jelas Dadang.

Dadang menyebutkan, struktur PDRB Jateng menurut pengeluaran atas dasar harga berlaku pada 2023 tidak menunjukkan perubahan yang berarti.

Perekonomian Jateng masih didominasi komponen PK-RT yang mencakup lebih dari separuh PDRB Jateng sebesar 60,90 persen dan diikuti komponen ekspor barang dan jasa (termasuk Ekspor Antar Daerah) sebesar 37,28 persen. (Bud)