Semarang, Idola 92,6 FM-Gejolak harga emas dunia yang mencapai rekor tertinggi, ternyata laju inflasi di Jawa Tengah masih mampu dikendalikan dalam rentang sasaran nasional 2,5±1 persen.
Data BPS mencatat, inflasi Jateng pada Oktober 2025 sebesar 0,40 persen (mtm), meningkat dibanding bulan sebelumnya (0,21 persen) dan lebih tinggi dari inflasi nasional (0,28 persen).
Secara tahunan, inflasi Jateng mencapai 2,86 persen (yoy) sama dengan angka inflasi nasional.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jateng Rahmat Dwisaputra mengatakan kenaikan inflasi Oktober 2025, terutama dipengaruhi pergerakan harga pada komoditas nonpangan, khususnya emas perhiasan. Pernyataan itu disampaikan melalui siaran pers, Kamis (6/11).
“Kenaikan harga emas dunia yang mencapai all time high turut mendorong peningkatan harga emas perhiasan di dalam negeri,” kata Rahmat.
Rahmat menjelaskan, harga emas global pada Oktober 2025 meningkat 19,98 persen dibanding bulan sebelumnya dan 60,66 persen dibanding tahun lalu.
Kenaikan ini dipicu tingginya ketidakpastian global.
“Pergerakan harga emas ini menunjukkan tingginya minat investor terhadap aset aman (safe haven) di tengah dinamika ekonomi global yang masih berisiko,” jelasnya.
Menurut Rahmat, selain kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya, inflasi juga didorong kelompok makanan dan minuman serta tembakau.
Komoditas penyumbang inflasi di antaranya telur ayam ras dan daging ayam ras, seiring peningkatan permintaan masyarakat selama pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis (MBG).
“Inflasi juga dipengaruhi oleh normalisasi tarif kereta api setelah berakhirnya diskon tarif hingga 20 persen dan program flash sale tiket murah dalam rangka HUT ke-80 PT KAI pada akhir September lalu. Faktor ini memberikan andil kecil terhadap inflasi, sekitar 0,02 persen,” imbuhnya.
Lebih lanjut Rahmat menjelaskan, seluruh kota pantauan inflasi di Jateng mencatatkan inflasi bulanan.
Kota Surakarta menjadi daerah dengan inflasi tertinggi sebesar 0,49 persen (mtm), sementara Cilacap dan Purwokerto mencatatkan inflasi terendah masing-masing 0,33 persen (mtm).
“Bank Indonesia bersama pemerintah daerah melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah akan terus memperkuat koordinasi untuk menjaga kestabilan harga. Kami akan memastikan pasokan dan distribusi komoditas tetap lancar, agar inflasi di Jawa Tengah dapat terus terjaga dalam rentang sasaran 2,5±1 persen,” pungkasnya. (Bud)













