
Buleleng, Idola 92.6 FM-Minat anak muda terhadap warisan seni budaya lambat laun kian luntur. Dunia mereka kini lebih teralihkan pada dunia digital yang lebih gemerlap di depan mata.
Situasi itu juga terjadi pada tabuh lelonggoran di wilayah Bali Utara. Lelonggoran merupakan gending khas Bali Utara yang memiliki peran penting dalam ritual keagamaan, khususnya Dewa Yadnya. Namun, minat generasi muda terhadap gending ini semakin berkurang seiring waktu.
Melihat kondisi itu, Kadek Angga Wahyu Pradana atau akrab dipanggil bli Kadek warga Desa Tegallingah Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng Bali tergerak merevitalisasi. Harapannya, anak muda juga berminat menekuni tabuh lelonggoran.
“Saya akhirnya merivitaliasi tabuh lelonggoran, ada beberapa ornamen saya ubah sedikit, namun tidak ada perubahan makna, dari dinamika, tempo,”tutur Kadek kepada radio Idola, pagi (12/08) tadi.
Kadek yang juga sebagai Founder Yayasan Seni Wahyu Semara Shanti itu menyampaikan, setelah diubah agar temponya tidak datar, ia aplikasikan ke anak-anak di sanggar. Ada 9 grup di karawitan.
Atas kepeduliannya dalam bidang seni dan budaya, Kadek berhasil meraih Juara 2 Pemuda Pelopor Tingkat Nasional Tahun 2024 bidang Seni dan Budaya dari Kemenpora RI.
Selengkapnya, berikut ini wawancara radio Idola Semarang bersama Kadek Angga Wahyu Pradana, Founder Yayasan Seni Wahyu Semara Shanti dari Kabupaten Buleleng Bali. (yes/her)
Simak podcast wawancaranya: