Kegiatan ro’an di Ponpes Askhabul Kahfi Polaman Mijen Kota Semarang, Minggu (19/10). Bagi santri, tradisi ro’an bukan hanya melatih kebersihan lahiriah, tetapi juga kebersihan hati. Santri yang terbiasa bekerja sama dan peduli lingkungan diharapkan akan tumbuh menjadi pribadi yang rendah hati, disiplin, dan bertanggung jawab. (Foto Dok. Ponpes Askhabul Kahfi)

Semarang, Idola 92.6 FM-Cara pandang masyarakat modern yang masih awam dengan dunia pesantren menilai pendidikan sebatas aktivitas akademik di ruang kelas. Padahal, bagi dunia pesantren, kegiatan seperti ro’an (kerja bakti), khidmah, dan tabarrukan adalah bagian integral dari sistem pendidikan yang telah mengakar kuat dalam sejarah khasanah pesantren di Nusantara.

Demikian disampaikan stakeholder Pondok Pesantren (Ponpes) Askhabul Kahfi di Kelurahan Polaman Kecamatan Mijen Kota Semarang Jawa Tengah, Muhamad Rikza Saputro, baru-baru ini. Menurutnya, tradisi ro’an bukan hanya melatih kebersihan lahiriah, tetapi juga kebersihan hati.

“Santri yang terbiasa bekerja sama dan peduli lingkungan akan tumbuh menjadi pribadi yang rendah hati, disiplin, dan bertanggung jawab,” ujarnya.

Diketahui, tradisi ro’an di pondok pesantren dalam beberapa waktu belakangan mengemuka. Masyarakat yang masih awam dengan pesantren menganggap kegiatan ro’an atau kerja bakti merupakan aktivitas “eksploitasi” santri yang tak sepatutnya dilakukan arena tugas mereka semata mengaji dan mencari ilmu. Padahal, banyak makna yang terkandung dalam aktivitas ro’an.

Menurut Gus Rikza, panggilan akrab Muhamad Rikza Saputro, tradisi ro’an tak semata kegiatan fisik santri. Di ballik itu, ada dimensi spiritual bagi kalangan santri. Dalam laku ro’an, mengandung banyak makna, mulai dari tirakat santri, kepedulian, mengabdi tanpa pamrih, hingga keikhlasan.

“Sehingga, tradisi ro’an ini mesti dilihat dari perspektif yang luas, tidak hanya dari satu aspek semata. Di pesantren tak ada eksploitasi santri yang ada khidmah (pengabdian). Pesantren adalah sarana penggemblengan jiwa,” ujar Gus Rikza.

Gus Rikza yang juga mengenyam pendidikan di pesantren bertahun-tahun menambahkan, khidmah dan tirakat bukan beban. “Tetapi, bekal agar kami kuat menghadapi kerasnya kehidupan,” tandasnya.

Ro’an Sudah Menjadi Kesadaran & Kebiasaan Santri

Kegiatan ro’an di Ponpes Askhabul Kahfi Polaman Mijen Kota Semarang, Minggu (19/10). Bagi santri, tradisi ro’an bukan hanya melatih kebersihan lahiriah, tetapi juga kebersihan hati. Santri yang terbiasa bekerja sama dan peduli lingkungan diharapkan akan tumbuh menjadi pribadi yang rendah hati, disiplin, dan bertanggung jawab. (Foto Dok. Ponpes Askhabul Kahfi)

Sementara itu, Ahmad Nasrodin, Lurah Kampus 4 Ponpes Askhabul Kahfi mengatakan, kegiatan ro’an di Ponpes Askhabul Kahfi, ro’an dilakukan seminggu sekali setiap hari Ahad. Semua santriwan-santriwati membersihkan area pesantren dengan khidmat dan tanggung jawab.

“Tidak ada yang merasa terpaksa karena sudah menjadi kebiasaan di lingkungan pesantren,” ujarnya.

Menurut Ahmad Nasrodin, ro’an membuat sesama santri di lingkungan pesantren merasa satu keluarga besar. “Tidak ada yang merasa lebih tinggi, semua bekerja bersama-sama dengan hati yang ikhlas,” katanya.

Dikatakan Nasrodin, tradisi ro’an menjadi cerminan semangat pesantren dalam revitalisasi pendidikan berbasis pemberdayaan. “Artinya, pembentukan karakter santri tidak hanya melalui pengajaran kitab, tetapi juga melalui kegiatan nyata yang membangun jiwa sosial dan kepemimpinan,” tuturnya.

Ponpes Askhabul Kahfi merupakan pesantren salaf yang dipadu dengan sekolah formal di Kota Semarang. Mulai dari jenjang SMP/MTS, SMK/MA, hingga Ma’had Aly Askhabul Kahfi dengan konsentrasi Ilmu Tafsir. Santrinya saat ini berjumlah sekira 3 ribu lebih dari berbagai daerah baik di Jawa maupun luar Jawa. Saat ini, Ponpes Aska telah memiliki 4 kampus yang representatif dan terpisah antara kompleks putra dan putri. Di tengah berbagai upaya pengembangan lembaga pendidikan yang ditunjang dengan berbagai sarana dan prasarana, Ponpes Aska tetap bertekad mempertahankan ciri khas salaf-nya.

Meski baru didirikan pada 2009, Ponpes Askhabul Kahfi yang diasuh oleh KH Masruchan Bisri ini telah meraih sejumlah prestasi yang membanggakan. Beberapa penghargaan itu antara lain: “Top Islamic Education 2021-2022”, “Tokoh Perubahan Pendidikan Islam Inspiratif dan Visioner Indonesia” untuk KH. Masruchan Bisri dan “The Most Admired Islamic Schools in Creating Superior Islamic Generations” yang diselenggarakan 7Sky Media Award 2021 di Bandung. Kemudian, Ponpes Askhabul Kahfi juga meraih gelar Ponpes terbaik tahun 2021, dalam kategori Trusted Islamic School and Recognized in Excellent Quality Programs of The Year 2021, di Yogjakarta dan Best Quality Education and Educator Awards 2021 yang diselenggarakan Indonesia Star Award Association (ISAA), dalam Anugerah Pendidikan Indonesia, di Jakarta. (her)

Artikel sebelumnyaWarga Nantikan Tol Yogya-Bawen Jadi Harapan Baru Konektivitas Daerah
Artikel selanjutnyaPrabowo Instruksikan Tambah BLT, Bisa Jangkau 140 Juta Warga Indonesia Terima Manfaat Langsung
Radio Idola Semarang
Radio Idola Semarang menghayati semangat Positive Journalism. Radio Idola Semarang, Memandu Dan Membantu.