photo/insider

Semarang, Idola 92.6 FM – Gelar sarjana dahulu dipuja dan dianggap sebagai pintu menuju masa depan cerah. Namun kini, kenyataan di lapangan berkata lain. Makin banyak lulusan universitas di Indonesia, justru masuk dalam lingkaran pengangguran, menunggu tanpa kepastian di tengah pasar kerja yang kian selektif dan ketidakpastian ekonomi global.

Tercatat, sekitar satu juta sarjana di Indonesia tepatnya 1,01 juta sarjana menjadi pengangguran. Angka itu diketahui dari data yang dipaparkan Menteri Ketenagakerjaan Yassierli dalam Kajian Tengah Tahun (KTT) INDEF 2025 baru-baru ini.

Sementara, jumlah pengangguran di Indonesia secara keseluruhan menyentuh 7,28 juta orang. Angka itu sama dengan yang pernah disampaikan Badan Pusat Statistik (BPS) pada Mei 2025 lalu.

Selain sekitar satu juta orang yang lulusan universitas alias S1 masih menganggur, jenjang pendidikan lain yang masih menganggur adalah 177 ribu lulusan diploma, dan 1,62 juta tamatan SMK. Sedangkan 2,03 juta pengangguran di Indonesia berasal dari lulusan SMA.

Data ini seperti yang diungkapkan BPS per Februari 2025 yang menunjukkan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) lulusan D4 hingga S3 RI mencapai 6,23 persen. TPT merupakan indikator yang digunakan untuk mengukur tenaga kerja yang tidak terserap oleh pasar kerja dan menggambarkan kurang termanfaatkannya pasokan tenaga kerja.

Angka TPT tahun ini menuai perhatian dari berbagai pihak karena tingginya angka pengangguran dari lulusan perguruan tinggi yang semakin meningkat.

Lalu, mengapa banyak sarjana menganggur? Banyak orang mengatakan, sekolah tinggi tinggi kok menganggur? Ketika gelar dan ijazah tak lagi menjadi “senjata” ampuh untuk mencari pekerjaan, apa faktor pemicunya? Dan, apa lagi yang mesti dilakukan pemerintah untuk mengatasi persoalan pengangguran ini?

Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, radio Idola Semarang berdiskusi dengan narasumber: Eko Listianto (Direktur Institute for Development of Economics and Finance (INDEF)) dan Harjanto Halim (CEO PT Marimas Putera Kencana Semarang). (her/yes/dav)

Simak podcast diskusinya: