Disrupsi Menjadi Salah Satu Pemicu “Pengangguran Lulusan Perguruan Tinggi” Meningkat

Apa yang Bisa Dilakukan untuk Memitigasinya?

Pengangguran Lulusan Perguruan Tinggi
Ilustrasi/Istimewa

Semarang, Idola 92.6 FM – Ketersediaan lapangan kerja masih menjadi tantangan besar Pascapandemi Covid-19. Program pemerintah menggenjot infrastruktur yang membuka lapangan kerja ‘padat karya’ belum sepenuhnya menyerap penduduk usia produktif. Pengangguran dari kalangan terdidik, bahkan meningkat.

Dilansir dari kompas.id (27/11/2023), Badan Pusat Statistik (BPS) pada awal November 2023 melansir tingkat pengangguran terbuka per Agustus 2023 sebesar 5,32 persen atau turun 0,54 persen dibandingkan dengan Agustus 2022. Dibandingkan dengan kondisi Februari 2023 pun tingkat pengangguran turun 0,13 persen.

Penurunan pengangguran ini cukup menggembirakan karena menjadi indikator pulihnya perekonomian setelah didera Pandemi Covid-19. Perekonomian yang mulai berputar normal telah meningkatkan permintaan akan barang dan jasa. Produksi meningkat sehingga sumber daya manusia sebagai faktor produksi lebih banyak dibutuhkan, sehingga terjadi peningkatan penyerapan tenaga kerja.

Meski demikian, jika dilihat lebih rinci dari data pengangguran, jumlah pengangguran yang turun ini, hanya terjadi di kalangan yang berpendidikan rendah dan menengah. Sementara pengangguran di kalangan berpendidikan tinggi atau kalangan yang mengenyam bangku kuliah, justru bertambah.

Berdasarkan Laporan Forum Ekonomi Dunia (WEF) mengenai The Future of Jobs Report 2023, disrupsi teknologi ditengarai menjadi salah satu faktor berkurangnya pasar tenaga kerja. Sejumlah pekerjaan baru muncul akibat dari kombinasi tren makro dan adopsi teknologi. Begitu pula sebaliknya, teknologi juga dapat menghilangkan sejumlah pekerjaan lama. Beberapa jenis pekerjaan baru yang tumbuh terkait dengan adopsi teknologi–menurut WEF, antara lain, spesialis kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), pembelajaran mesin, analisis keamanan informasi, dan insinyur atau teknisi energi terbarukan seiring dengan beralihnya perekonomian dengan memanfaatkan energi terbarukan.

Lalu, ketika disrupsi menjadi salah satu pemicu pengangguran di kalangan lulusan perguruan tinggi: Apa yang bisa dilakukan untuk memitigasi? Apakah menuju puncak bonus demografi, masih banyak diisi oleh para lulusan dari jurusan yang sudah “masa lalu”?

Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, radio Idola Semarang berdiskusi dengan narasumber Direktur Eksekutif INDEF, Tauhid Ahmad dan Direktur Politeknik Negeri Semarang (Polines), Prof Totok Prasetyo. (her/yes/ao)

Simak podcast diskusinya: