Hujan Turun Dengan Intensitas Tinggi, BPBD Jateng Imbau Pemda Cek Kekuatan Jembatan Yang Sudah Tua

Warga Sawah Besar, Kota Semarang melintas di jalan kampung yang tergenang banjir beberapa waktu lalu karena hujan deras.

Semarang, Idola 92.6 FM – Kepala Pelaksana Harian BPBD Jawa Tengah Sarwa Pramana mengatakan hujan dengan intensitas deras dalam beberapa hari terakhir ini harus diwaspadai, terutama antisipasi jembatan roboh karena tak mampu menahan derasnya alisan sungai.

Sarwa menyebutkan, sudah ada kejadian jembatan roboh di Jateng dan membuat aktivitas masyarakat terganggu. Yakni jembatan penghubung antara Desa Plompong dengan Desa Manggis, Kecamatan Sirampog, Kabupaten Brebsles yang terputus pada Senin (21/1) kemarin. Hal itu disebabkan debit air Sungai Keruh meningkat, dan membawa material batuan ukuran besar serta menghantam struktur jembatan.

Jembatan yang roboh atau patah akibat hujan deras tidak hanya di Brebes saja, namun di Kabupaten Semarang juga ada dan mengganggu aktivitas masyarakat setempat. Oleh karena itu, pemerintah daerah setempat atau BPBD bisa berkoordinasi dengan Kementerian PUPR, maupun dengan pemprov untuk peminjaman jembatan balley.

Menurut Sarwa, jembatan yang menjadi akses utama masyarakat jangan sampai terganggu dan berdampak pada perekonomian sekitar.

Sarwa menjelaskan, diperlukan adanya langkah strategis dari pemerintah daerah untuk mengawasi dan memantau setiap jembatan yang dianggap rawan roboh karena faktor usia. Sehingga, sebelum kejadian bencana jembatan roboh sudah diantisipasi sebelumnya.

“Sehingga, dengan curah hujan yang sekarang ini sampai awal Maret harapan saya teman-teman bisa memantau jembatan-jembatan yang rawan roboh karena faktor usia. Karena ketika roboh dan saat dilintasi, akan sangat rawan. Yang menjadi penting adalah dengan kondisi kayak begini harus secara cepat mengidentifikasi bukit-bukit yang rawan longsor juga,” kata Sarwa, Rabu (23/1).

Lebih lanjut Sarwa menjelaskan, selain mengawasi jembatan yang rawan roboh, pihaknya juga meminta BPBD kabupaten/kota untuk mengidentifikasi bukit-bukit rawan longsor. Sehingga, kejadian longsor di Kabupaten Wonosobo tidak terjadi di daerah lain.

“Bukit-bukit yang tidak bahan pohonnya dan dijadikan alih fungsi lahan itu harus diwaspadai. Kejadian di Wonosobo karena bukitnya ditanami palawijo, dan sampai sekarang masih dilakukan proses evakuasi,” jelasnya.

Sarwa menyebutkan, kejadian bencana alam yang terjadi selama musim hujan sekarang ini masih didominasi banjir dan melanda Kabupaten Kebumen dan Purworejo. Sedangkan bencana longsor terjadi di Wonosobo, dan mengakibatkan satu orang meninggal dunia. (Bud)