Seorang petani muda memanfaatkan teknologi ozone untuk proses pengawetan lombok lebih tahan lama dan segar.

Semarang, Idola 926 FM-Regenerasi petani Jawa Tengah kian menggeliat, karena petani muda tidak hanya bertani konvensional tetapi menerapkan pertanian modern ramah lingkungan dan merambah media sosial (medsos).

Pemprov Jateng mendukung geliat tersebut, dengan pelatihan melalui program Zilenial Jateng yang digagas Gubernur Ahmad Luthfi

Kepala Balai Pelatihan Pertanian (Bapeltan) Jateng Opik Mahendra mengatakan dunia pertanian menghadapi tantangan regenerasi petani, karenanya pemprov berupaya menarik minat calon petani muda dengan pertanian modern yang lebih praktis. Hal itu dikatakan di sela kegiatan PADI 2025 di Temanggung, belum lama ini.

“Caranya adalah kita memberikan fasilitasi pelatihan kepada petani-petani, yang umurnya bisa dikatakan milenial atau bahkan gen-z. Bagi peserta petani, untuk mengikuti pelatihan kita, sekaligus kemampuan dan juga kepemilikan gadget. Karena ke depan saya kira pertanian itu juga harus dikelola dengan inovasi, teknologi, dan digitalisasi,” kata Opik.

Menurut Opik, pelatihan-pelatihan yang dilaksanakan Bapeltan berbasis identifikasi kebutuhan dari petani-petani.

Mulai dari pelatihan mengenai manajemen agribisnis, serta pelatihan mekanisasi dan modernisasi pertanian.

Opik menjelaskan, pelatihan tersebut juga ditautkan dengan program Zilenial Jateng yang digagas Gubernur Ahmad Luthfi dan Wagub Taj Yasin.

Melalui program tersebut, petani muda bisa berlatih untuk mengembangkan usaha pertanian modern yang berdaya saing.

“Berdasar dari data yang kami punya, yaitu data peserta pelatihan, yang termasuk milenial itu bisa sampai 5.000 orang, dengan berbagai komoditas yang dibudidayakan, sekaligus berasal dari berbagai kabupaten/ kota yang ada di seluruh Jawa Tengah,” jelasnya.

Lebih lanjut Opik menjelaskan, pelatihan yang didapatkan di antaranya manajemen agribisnis, kewirausahaan pertanian, pemanfaatan teknologi pertanian modern, akses pasar dan pengolahan hasil pertanian.

Dengan semakin banyak anak muda Jateng yang mengembangkan sektor pertanian, diharapkan bisa mendukung program swasembada dan ketahanan pangan.

“Saya kira persepsi anak-anak muda bahwa petani itu tua, panas, belepotan tidak sejahtera bahkan tidak menjamin masa depan itu semua bisa tersisih, dengan tersedianya teknologi inovasi dan juga peluang yang ada di sektor pertanian,” pungkasnya. (Bud)