Semarang, Idola 92,6 FM-Menjadi seorang jurnalis, harus mampu menekankan pentingnya liputan media yang sensitif gender.
Media memiliki peran besar, dalam memerkuat suara kelompok yang kerap terpinggirkan, terutama perempuan dan komunitas gender minoritas.
Amy Sood, Ignites Asia Financial Times mengatakan isu gender tidak hanya terbatas pada liputan sosial, tetapi juga relevan dalam politik, ekonomi, lingkungan, kesehatan hingga teknologi. Hal itu dikatakan di sela sesi secara daring membahas isu gender, kemarin.
Menurutnya, dalam menangani kasus sensitif seperti kekerasan berbasis gender, maka ditekankan pentingnya empati dan privasi serta fleksibilitas terhadap narasumber.
“Representasi perempuan masih kurang di media. Tugas kita sebagai jurnalis adalah memberi ruang bagi suara-suara itu. Kadang sumber berubah pikiran setelah wawancara. Lebih baik menjaga kenyamanan mereka daripada memaksa,” kata Amy.
Sementara Pimred Solopos Media Group Rini Yustiningsih menjelaskan, pentingnya gender reporting agar media mampu menghasilkan pemberitaan yang adil dan tidak bias terhadap perempuan.
Rini menjelaskan, representasi perempuan dalam pemberitaan masih sering terpinggirkan.
Media kerap menyajikan berita dengan sudut pandang bias, terutama dalam kasus kekerasan seksual yang justru menyalahkan korban atau menonjolkan sisi sensasional.
“Media seharusnya menekankan empati pada korban dan menghindari judul diskriminatif atau cabul. Jurnalisme yang peka gender, dapat membantu mendorong keadilan dan kesetaraan di masyarakat,” ucap Rini.
Menurut Rini, sebagai jurnalis perempuan juga kerap menghadapi beban ganda antara pekerjaan dan tanggung jawab domestik.
“Saya mendorong jurnalis muda untuk lebih peka terhadap isu gender dengan menyeimbangkan narasumber, menggunakan bahasa netral, serta menghadirkan perspektif perempuan dalam isu publik,” pungkasnya. (Bud)