Bagaimana Meredam Trump Effect Di Tengah Makin Memanasnya Hubungan Amerika Serikat Dan Tiongkok

(Ilustrasi: notesfromanaspiringhumanitarian.com)

Semarang, Idola 92.6 FM – Tahun 2016 yang ditandai dengan kelesuan ekonomi global, terutama di Negara berkembang mendapat dua kejutan signifikan, yakni Brexit dan USxit (konsekuensi terpilihnya Donald Trump menjadi presiden AS). Kebijakan Trump yang disampaikan dalam masa kampanye relatif akan mudah diimplementasikan mengingat penguasa Amerika Serikat saat ini adalah Republik mulai dari presiden, senat, dan kongres didominasi Partai Republik.

Di tengah sebagian warga Amerika Serikat yang masih belum bisa move on akan terpilihnya Trump, baru-baru ini Trump kembali seolah berulah. Ia seolah dengan sengaja mengoyak hubungan diplomatik dua negara AS dan Tiongkok. Pada Minggu (11/12) lalu, Trump menggugat kebijakan Satu Tiongkok (One China) yang menjadi landasan hubungan dua negara sejak 1979. Dalam wawancara di Fox News Sunday, taipan 70 tahun tersebut mempertanyakan manfaat kebijakan itu bagi Amerika Serikat.

Komentar Trump tersebut jelas memerahkan telinga Tiongkok. Beijing mereaksi keras pernyataan pengganti Presiden Barack Obama tersebut. Kebijakan Satu Tiongkok merupakan fondasi politik dua Negara. Jika fondasi itu diusik atau dipertanyakan, hubungan dan kerja sama Amerika Serikat dan Tiongkok yang kuat serta stabil akan terganggu Ketegangan ini semakin membuat hubungan kedua Negara memanas setelah sebelumnya terjadi percakapan langsung antara Trump dan Presiden Taiwan Tsai Ing-Wen tanpa perantara Beijing.

Lantas, bagaimana menangkal Trump Effect bagi geo-politik dan ekonomi di Asia Tenggara khususnya Indonesia? Apa implikasi terburuk dari makin memanasnya hubungan antara Amerika Serikat dan Tiongkok bagi kita?

Guna menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, nanti kita akan berdiskusi bersama beberapa narasumber yakni pengamat Hubungan Internasional LIPI, Ganewati Wuryandari dan Pengamat Ekonomi, Aviliani. (Heri CS)

Berikut Perbincangannya: