Kekurangan Tenaga Terampil, Industri Garmen Terancam Gulung Tikar

(photo: bdijakarta.kemenperin.go.id)

Semarang, Idola 92.6 FM – Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Demak mencatat ada puluhan industri garmen di wilayahnya yang kekurangan ribuan tenaga kerja terampil di bidang menjahit. Hal itu membuat industri garmen di wilayah kota wali itu terancam gulung tikar.

Akibat dari kondisi itu, muncul permasalahan baru. Di antaranya beberapa industri garmen baik skala besar hingga kecil omzetnya mulai merosot. Padahal, Jawa Tengah merupakan salah satu tujuan investasi terbesar di Indonesia terutama untuk investasi yang sifatnya padat karya.

Gubernur Jateng Ganjar Pranowo mengatakan, di beberapa sentra industri garmen di provinsi Jateng mengalami kekurangan tenaga kerja.

“Hal ini disadari atau tidak akan berpengaruh pada ketersediaan tenaga kerja bagi pembukaan industri baru,” kata Ganjar beberapa waktu lalu.

Data Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) mengungkapkan terdapat 47 pabrik tekstil yang pindah ke Jawa Tengah dari Jawa Barat dan Banten. Banyaknya industri baru yang masuk ke Jateng apabila tidak diimbangi dengan penyediaan tenaga kerja dikhawatirkan industri baru akan beralih ke wilayah lain.

Sementara itu, Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Kota Semarang Deddy Mulyadi mengakui, di beberapa daerah di Jawa Tengah memang kekurangan tenaga kerja terampil.

“Bahkan, bukan hanya soal terampil tetapi juga jumlah tenaga kerjanya,” ujar Deddy.

Menurut Deddy, sebagai upaya untuk menutup kekurangan tenaga kerja terampil pihaknya sering menjalin kerja sama dengan balai latihan kerja dan industry (BLKI) setempat. Terutama dalam penyediaan tenaga kerja menjahit. Sebab, posisi tenaga kerja menjahit itu paling vital di dunia garmen.

“Selain itu, upaya kemitraan juga coba digalang melalui penjaringan lulusan sekolah menengah kejuruan,” imbuhnya.

Deddy berharap, instansi pemerintahan terkait yang menangani tentang ketenagakerjaan bisa menyediaan tenaga kerja terampil siap kerja dan mampu memenuhi kebutuhan dari industri garmen. (Budi Aris/Heri CS)