BEI Terus Tingkatkan Jumlah Tenaga Profesional di Pasar Modal

Semarang, 92.6 FM–Pasar modal merupakan salah satu leading indicator perekonomian sebuah negara. Sehingga, berkembangnya pasar modal di suatu negara menjadi salah satu indikator keberhasilan perekonomian di negara itu. Berkembangnya pasar modal, akan mendorong kemajuan ekonomi negara.

Namun, untuk di Indonesia pada umumnya dan Jawa Tengah pada khususnya, jumlah investor maupun jumlah perusahaan yang tercatat di pasar modal Indonesia belum maksimal. Hal itu disebabkan, karena ketersediaan jumlah Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki kompetensi di bidang pasar modal masih terbatas. Keterbatasan jumlah SDM yang memiliki pemahaman dan pengetahuan di bidang pasar modal, akan memengaruhi perkembangan pasar modal di Indonesia.

Kepala Kantor Perwakilan BEI Semarang, Fani Rifqi El Fuad mengatakan, Survei Nasional Literasi Keuangan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) 2016, baru sekira 29,66 persen penduduk Indonesia yang memiliki kategori melek pengetahuan keuangan. Tingkat literasi masyarakat Indonesia terhadap pasar modal dan tingkat utilitas produk pasar modal sendiri, juga tercatat masih jauh tertinggal jika dibandingkan dengan lima industri jasa keuangan lainnya di Indonesia. Yakni hanya sekira 4,4 persen saja.

Memertimbangkan hal-hal itu, jelas Fani, BEI bersama PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) dan PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) selaku SRO menyelenggarakan Capital Market Professional Development Program (CMPDP) pada tahun 2017. Proses seleksi, rekrutment dan pengembangan CMPDP dilakukan secara terpusat, yaitu The Indonesia Capital Market Intitute (TICMI).

Pada tahun ini, jumlah pelamar CMPDP sekira 4. 800 calon peserta dari seluruh Indonesia. Seleksi tertulis dilaksanakan serentak di 27 kota besar di Indonesia, di antaranya Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Solo dan Surabaya pada 3-4 Juni 2017.

Bagi calon kandidat yang lulus tes tertulis, akan mengikuti tahapan selanjutnya. Nantinya, mereka akan mengikuti 12 bulan program pengembangan dan enam bulan on the job training. Setiap lulusan CMPDP, akan ditempatkan bekerja di Self Regulatory Organization (SRO) atau afiliasinya.

“Seiring dengan upaya dari BEI untuk meningkatkan jumlah investor dan emiten, maka perlu upaya meningkatkan jumlah profesional berkompeten di industri ini. Diharapkan dengan semakin terpenuhinya jumlah SDM yang berkualitas, pasar modal kita mampu untuk bersaing di tingkat regional. Saat ini, IHSG kita menjadi yang nomor satu di dunia selama 10 tahun terakhir,” kata Fani ketika dihubungi Radio Idola, Sabtu (3/6).

Tahun ini, jelas Fani, jumlah peserta yang mengikuti seleksi sebanyak 138 orang. Jumlah itu mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya, yang hanya 83 peserta. “Antusiasnya cukup baik dan ada peningkatan dari sebelumnya,” ujarnya.

Diketahui, SRO yang dimotori BEI memiliki target menjadikan pasar modal Indonesia sebagai pasar modal terbaik di kawasan ASEAN pada 2020 mendatang. Oleh karena itu, selain harus masif melakukan sosialisasi dan edukasi, pasar modal Indonesia dituntut memiliki tenaga profesional yang kompeten dan mampu menjawab tantangan di masa depan. (Bud)