Berdamai Dengan Berbagai Ancaman Bencana

Semarang, Idola 92.6 FM – Kondisi cuaca buruk dan curah hujan tinggi yang terjadi sejak awal tahun 2017 hingga kini telah membawa dampak bencana di sebagian wilayah Indonesia. Anomali cuaca ini mengakibatkan banjir bandang, tanah longsor, hingga angin puting beliung yang mengakibatkan korban jiwa hingga kerugian material. Cuaca buruk merupakan kuasa alam yang tak bisa ditolak. Namun, upaya antisipasi dampak yang ditimbulkannya bergantung bagaimana cara manusia mengantisipasinya.

Terkait ancaman banjir, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono mengingatkan semua pihak agar menjaga kawasan tangkapan air. Saat ini, ada 22 daerah aliran sungai di Indonesia yang kondisinya kritis. Kerusakan daerah tangkapan air menjadi penyebab utama banjir dan longsor di sejumlah daerah. Mulai dari banjir di Bima (Nusa Tenggara Barat), Garut (Jawa Barat), dan Pati (Jawa Tengah). Itu semua, menurut Basuki, karena arboretrum atau daerah tangkapan air di hulu sudah rusak. Menurut Basuki, alih fungsi kawasan dan pengelolaan yang salah menjadi penyebab rusaknya kawasan tangkapan air.

Lalu, bagaimana cara kita berdamai dengan berbagai ancaman bencana di tengah kondisi cuaca buruk saat ini? Upaya preventif apa yang patut dilakukan untuk mengantisipasi dampak bencana? Benarkah, bencana yang mudah terjadi saat ini akibat dari buruknya tata kelola pembangunan?

Guna menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, kami nanti akan berdiskusi dengan beberapa narasumber yakni: Arif Satria (Dekan Fakultas Ekologi Manusia IPB) dan Teuku Faisal Fathani (peneliti longsor pada fakultas teknik sipil UGM). (Heri CS)

Berikut Perbincangannya: