Bagaimana Memprioritaskan Pendidikan Bencana?

Semarang, Idola 92.6 FM – Para ahli gempa dan tsunami dari sejumlah negara menyerukan agar Indonesia belajar dari bencana yang telah berulang terjadi dan menelan korban hingga ribuan jiwa. Pendidikan kebencanaan dan mitigasi untuk mengurangi risiko harus menjadi arus utama pembangunan. Rekomendasi ini dibacakan Muksin Umar, Ketua Aceh International Workshop and Expo on Sustainable Tsunami Disaster Recovery (AIWEST-DR) 2018 di Banda Aceh baru-baru ini.

Lokakarya ini diprakarsai Tsunami anda Disaster Mitigation Research Center (TDMRC) Universitas Syiah Kuala dan Universitas Tohoku Jepang. Selain mendiskusikan hasil riset terbaru tentang gempa dan tsunami, panel ahli juga mendiskusikan bencana yang melanda Palu dan Donggala.

Simulasi Mitigasi Bencana Gempa.

Sejumlah ahli gempa dan tsunami turut menandatangani rekomendasi ini. Menurut Muksin Umar, gempa dan tsunami Aceh 14 tahun silam seharusnya menjadi pelajaran bagi pemerintah dan masyarakat untuk menyiapkan diri menghadapi bencana secara lebih baik. Namun, gempa Palu dan Lombok menunjukkan kesiapsiagaan menghadapi bencana masih lemah sehingga korban jiwa sangat banyak. Mencermati kondisi ini, sejumlah ilmuwan mengeluarkan sejumlah rekomendasi.

Lantas, apa saja rekomendasi yang mestinya segera ditindaklanjuti oleh pemerintah? Kesadaran dan pendidikan bencana pada komunitas dan warga menjadi salah satu poin penting terkait mitigasi bencana. Ke depan, bagaimana mestinya pemerintah mengimplementasikannya? Bagaimana mestinya kedaruratan mitigasi bencana yang mesti dilakukan pemerintah sesegera mungkin? Guna menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, Radio Idola Semarang mewawancara Praktisi Mitigasi Bencana, Chairman Sentinel Asia Tsunami Working Group, Abdul Muhari. [Heri CS]

Berikut wawancaranya: