Mewaspadai Ancaman Dampak Bencana Hidrometeorologi

Bencana Hidrometeorologi. (photo: Antara)

Semarang, Idola 92.6 FM – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memantau dan menganalisis curah hujan yang menunjukkan bahwa sebagian wilayah Jawa telah diguyur hujan selama beberapa pekan terakhir yang menimbulkan dampak bencana hidrometeorologi seperti genangan, banjir, dan longsor.

Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Mulyono R. Prabowo menjelaskan, adanya sirkulasi angin tertutup di Laut Jawa yang cukup persisten hingga 3 hari ke depan yang mengakibatkan terbentuknya daerah pertemuan angin di sepanjang Jawa, Bali hingga Nusa Tenggara Timur. Kondisi cuaca tersebut memberikan dampak pada peningkatan pembentukan dan pertumbuhan awan hujan di wilayah tersebut.

Selain itu, adanya aliran massa udara basah yang masuk dari Samudera Hindia turut mendukung pertumbuhan awan hujan di wilayah Sumatera bagian Selatan, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan dan Tenggara serta Maluku. Kondisi ini dapat menyebabkan terjadinya potensi hujan lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang khususnya di Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT) dalam 5 (lima) hari kedepan (26 – 30 November 2018).

Lantas, bagaimana sesungguhnya gambaran dan potensi ancaman bencana hidrometeorologi? Hal itu dipicu oleh apa? Sebagai bentuk edukasi ke public, ke depan, sebagai kewaspadaan bersama dan memitigasi ancaman bencana apa yang mesti dilakukan? Guna menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, Radio Idola Semarang mewawancara Kabag Humas BMKG Hary Tirto Djatmiko. (Heri CS)

Berikut wawancaranya: