Evakuasi tujuh warga yang terjebak banjir dan terpaksa berlindung di atas genteng (atap) untuk menyelamatkan diri dari banjir yang disebabkan oleh jebolnya tanggul di Jaka Kencana. (photo/bekasimedia)

Semarang, Idola 92.6 FM – Banjir di sejumlah kawasan  terjadi di Jabodetabek Selasa (04/03) llalu. Banjir membuat aktivitas warga dan perekonomian lumpuh di beberapa lokasi khususnya di Kabupaten Bekasi.  Bencana banjir ini disebut-sebut sebagai banjir terparah selama 25 tahun terakhir.

Peringatan dini cuaca ekstrem oleh BMKG terlambat direspons pemerintah setempat. Padahal, sebelumnya Badan Meteorologi. Klimatologi, dan Geofisika (BMKG)  menyatakan telah memberikan peringatan potensi hujan amat lebat hingga ekstrem untuk sejumlah wilayah di Indonesia dalam dua hari terakhir. Namun, Pemerintah Daerah dinilai lambat merespons. Intensitas hujan diprediksi masih akan tinggi khususnya di bagian barat Indonesia dan Papua seiring terbentuknya ‘sirkulasi siklonik’ di Samudra Hindia.

Kondisi banjir di Perum Duren Jaya, Bekasi Timur, pagi ini (5/3). (photo/@bekasiambilprn)

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat, hujan lebat di Kabupaten Bogor pada Minggu (02/03) malam memicu banjir bandang yang menyebabkan seorang warga meninggal, Tujuh jembatan rusak, dan seribu lebih orang dari 381 keluarga di Bogor terdampak banjir. Sementara, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bekasi menyatakan, banjir yang membuat lumpuh sejumlah wilayah Bekasi disebabkan oleh hujan intensitas tinggi dan luapan air yang melimpah dari wilayah hulu, Kali Bekasi. Banjir Bekasi tersebar di 20 titik dan tujuh wilayah kecamatan terdampak usai diguyur hujan deras sejak Senin (03/03) malam hingga Selasa (04/03).

Lalu, menyoroti banjir dahsyat di wilayah Jabodetabek: apakah ini hanya fenomena spesifik di wilayah Bekasi, atau mencakup potensi umum di Indonesia? Apa penyebabnya? Bagaimana cara efektif untuk membangkitkan kesadaran dan kesiapsiagaan stakeholder?

Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, radio Idola Semarang berdiskusi dengan narasumber: Deputi Bidang Meteorologi Badan Meteorologi Klimatologi Dan Geofisika (BMKG), Guswanto dan Kepala Divisi Pengembangan Inovasi dan Teknologi Terapan untuk Pertanian dan Pedesaan Berkelanjutan IPB University, Mustaghfirin,  MSi. (her/yes/ao)

Simak podcast diskusinya:

Ikuti Kami di Google News
Artikel sebelumnyaOJK: Stabilitas Sektor Jasa Keuangan Terjaga
Artikel selanjutnyaPolisi dan Pertamina Patra Niaga Sidak SPBU, Ini Hasilnya