Properti di Jateng Masih Landai Penjualannya

Ikuti Kami di Google News

Semarang, Idola 92.6 FM – Para pengembang perumahan di Jawa Tengah mengaku, penjualan rumah di awal tahun sebanyak 30 unit dan jauh dari target 60 unit rumah.

Ketua Property Expo Semarang Dibya Hidayat mengatakan bila dibandingkan periode yang sama tahun kemarin, angka penjualan rumah hampir sama. Yakni sebanyak 32 unit rumah pada Januari 2017.

“Pencapaiannya di angka 30 unit rumah. Untuk pembukaan awal tahun masih oke. Kalau melihat tren dari akhir tahun sampai awal tahun, belum terjadi pertumbuhan permintaan sesuai dengan harapan. Ya kira-kira begitu, masih berhenti marketnya. Ini yang masih menjadi pertanyaan, katanya pemerintah perekonomian sudah membaik tapi riil bisnisnya tidak demikian,” kata Dibya, Selasa (23/1).

Lebih lanjut Dibya menjelaskan, beberapa faktor yang memengaruhi perlambatan penjualan rumah adalah masih sedikitnya pengembang membangun rumah bersubsidi atau dengan Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP). Hal itu disebabkan karena masih terbatasnya lahan yang tersedia.

Namun demikian, lanjut Dibya, angin segar yang masih bisa memberi harapan adalah suku bunga kredit pemilikan rumah (KPR) masih stabil.

Suku Bunga KPR Stabil Jadi Harapan

Wakil Ketua Property Expo Semarang Wibowo Tedjo Sukmono menambahkan, kebijakan yang diberikan pemerintah melalui suku bunga KPR dinilai memberi keuntungan kedua belah pihak.

Dari sisi pengembang perumahan, akan mendongkrak penjualan rumah karena suku bunga lebih ringan. Sedangkan dari konsumen, bisa memeroleh rumah dengan angsuran kredit yang tetap fix dengan jangka waktu tertentu.

Menurutnya, momentun yang baik tersebut harus bisa dimanfaatkan masyarakat.

“Pemerintah sangat mendukung, di mana suku bunga hanya 6,5 persen per tahun fix tiga tahun. Yang fix lima tahun itu 6,99 persen. Hampir semua perbankan suku bunganya sama. Ini suatu kebijakan dari pemerintah yang sangat bagus,” ujarnya.

Lebih lanjut Bowo menjelaskan, di Jateng yang masih memiliki segmen pasar terbesar ada di rumah bersubsidi dan rumah menengah dengan harga di bawah Rp500 juta. Oleh karena itu, di awal tahun menjadi momentum membeli rumah karena didukung fasilitas pembiayaan dari pemerintah. (Bud)