Bagaimana Merawat Indonesia di Tengah Ancaman Polarisasi yang Membelah Bangsa?

Semarang, Idola 92.6 FM – Belakangan ini muncul kekhawatiran soal keindonesiaan kita bersama. Hal itu terkait dengan keterbelahan, hilangnya persaudaraan dan akhirnya hilangnya Indonesia sebagai rumah bersama. Hal itu memang belum sepenuhnya terjadi tetapi kekhawatiran ini muncul melihat berbagai macam fenomena sosial politik mutakhir dari aksi dukung-mendukung golongan, ras, suku, dan terutama agama.

Demikian dikemukakan Hasibullah Satrawi-Direktur Aliansi Indonesia Damai (AIDA) dan Alumnus Al-Azhar, Kairo, Mesir dalam opini di Kompas (31/01/2019). Menurut Hasibullah, kondisi media sosial yang sangat terbuka tetapi tidak disertai kesiapan wawasan dan kematangan bersikap telah menjadi “arena konflik” yang sangat luas dan bersifat terus menerus. Seseorang atau pihak mana pun bisa menyerang para pihak yang tidak disukai kapan saja, dengan bahasa apa saja, bahkan dengan cara apa saja termasuk fitnah dan hoaks. Semua ini membuat soal keterbelahan begitu dekat—di depan mata.

Suasana ini membuat para pihak yang peduli keindonesiaan berupaya menghidupkan narasi kebangsaan, persatuan, dan realitas keberagaman. Pemerintah memopulerkan slogan-slogan keindonesiaan seperti “Pancasila adalah Rumah Kita”bahkan mengantisipasi semua itu dengan regulas dan penegakan hukum. Namun, berbagai macam upaya itu dinilai belum menuai hasil yang diharapkan. Justru kekhawatiran yang ada semakin kuat karena seakan membentuk pola aksi-reaksi di antara pemerintah bersama pendukungnya di satu sisi dengan oposisi di sisi lain.

Lantas, bagaimana merawat Indonesia di tengah ancaman polarisasi yang membelah Bangsa? Fondasi apa yang mesti dikokohkan dalam menopang bangunan kesatuan dan persatuan? Apa sesungguhnya tantangan terbesar yang krusial dalam membentengi bangsa dari polarisasi?

Guna menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, Radio Idola Semarang berdiskusi dengan beberapa narasumber, yakni: Hasibullah Satrawi (Direktur Aliansi Indonesia Damai (AIDA); Alumnus Al-Azhar, Kairo, Mesir) dan Sekretaris Umum PP Muhammadiyah-Abdul Mu’ti. (Heri CS)

Berikut diskusinya: